Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Tembus 4.000 Ringgit per Ton, Mengikuti Reli Harga Minyak Kedelai

Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melambung tembus 4.000 ringgit di tengah kenaikan harga minyak kedelai dan konflik Israel-Iran.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) menanjak hingga tembus 4.000 ringgit. Lonjakan ini mengikuti kenaikan harga minyak kedelai yang tersengat proposal Washington untuk mengizinkan penyuling mencampur biofuel ke dalam bensin dan solar tahun depan. 

Adapun, proposal yang sudah ditunggu-tunggu itu diumumkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS pada Jumat (13/6/2025) dengan tujuan mengerek produksi biofuel AS dan mengurangi impor.

Dalam proposal itu disebutkan penyuling harus mencampur 24,02 miliar galon biofuel ke dalam diesel konvensional dan bensin. Jumlah tersebut merupakan rekor tertinggi, dan lebih tinggi 8% dari target 2025 serta jauh di atas prediksi analis.

Analis CIMB Securities Ivy Ng Lee Fang dan Lim Yue Jia mengatakan proposal itu akan menyokong permintaan minyak nabati dan harga CPO.

"Mandat biodiesel akan membantu mempertahankan konsumsi minyak nabati di AS," tulisnya dalam catatan, dikutip Bloomberg, Senin (16/6/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak kedelai menanjak seiring dengan rencana Presiden AS Donald Trump menambah kuota penggunaan biofuel ke dalam bahan bakar. Harga minyak kedelai kontrak pengiriman Desember di Chicago mengalami kenaikan 3,7% menjadi 53,08 sen per pon.

Sedangkan harga CPO kontrak pengiriman Agustus di Bursa Derivatif Malaysia meningkat hingga 4,1% menjadi 4.088 ringgit per ton.

Adapun, kenaikan harga minyak kedelai terus berlanjut pada awal pekan ini setelah reli hingga 6% pada akhir pekan lalu. Harga CPO yang ikut melaju juga disebabkan oleh konflik di Timur Tengah yang dapat memengaruhi harga.

Konflik Israel dan Iran yang berlarut-larut telah mengangkat harga minyak mentah hingga 7% pada Jumat (13/6/2025) dan investor khawatir kedua negara yang saling membidik fasilitas energi itu akan mengganggu pasokan minyak global.

Commodities Strategist Phillip Nova Pte. Darren Lim mengatakan eskalasi konflik di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak yang bakal melambungkan harga. Selanjutnya, hal itu akan memengaruhi biaya produksi CPO dan permintaan biofuel.

"Biofuel menjadi lebih kompetitif saat harga minyak mentah meningkat, biasanya karena ada pergeseran permintaan dari bahan bakar minyak [petroleum-based fuels]," kata Lim.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper