Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melemah di tengah mata uang ringgit yang lebih kuat dan proyeksi analis bahwa kombinasi stok masih tinggi.
Berdasarkan informasi dari The Edge Finacial Daily, tercatat, harga rata—rata CPO di bulan Januari hanya mencapai 2.486 ringgit (US$632,19) per ton, lebih rendah 23,9% dari 3.268 (US$831,05) ringgit per ton yang tercatat di periode yang sama pada tahun lalu.
Sementara itu, ringgit sebagai mata uang yang digunakan dalam perdagangan komoditas perkebunan tersebut diapresiasi 2% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, menjadi 3,9395 pada akhir perdagangan pekan lalu. Selama satu tahun terakhir, ringgit tercatat menguat 11,4% terhadap greenback.
Baca Juga
Ivy Ng, Equity Research Head CIMB Investment Bank Bhd mengatakan, harga CPO mengalami pelemahan secara year on year (yoy), dipengaruhi oleh kombinasi stok kelapa sawit yang tinggi dan faktor tekanan dari ringgit.
Stok minyak sawit mentah diasumsikan telah meningkat sebesar 1% month on month (m-o-m) menjadi 2,77 juta ton pada akhir Januari 2018 karena ekspor yang lemah.
“Pada bulan Desember 2017, persediaan mencapai 2,73 juta ton, dibandingkan dengan 1,66 juta pada Desember 2016. Angka tersebut juga 7% lebih tinggi dari 2,55 juta ton yang dicapai pada November 2017,” ungkap Ng.