Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Adaro (ADRO) Tahun Ini Diprediksi Naik 15%

Tahun lalu, laba bersih ADRO diperkirakan mencapai US$514 juta. Proyeksi pendapatan meningkat signifikan walaupun perusahaan cenderung menjaga level produksi batu bara.
Logo PT Adaro Energy, Tbk./Reuters-Beawiharta
Logo PT Adaro Energy, Tbk./Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan PT Adaro Energy Tbk., (ADRO) diperkirakan meraih pendapatan senilai US$3,83 miliar pada 2018, naik 15,01% dari estimasi tahun sebelumnya senilai US$3,33 miliar.

Research Analyst Kresna Sekuritas, Robertus Yanuar Hady menyampaikan pada 2018 pendapatan ADRO berpotensi meningkat 15,01% year on year (yoy) menjadi US$3,83 miliar dari sebelumnya US$3,33 miliar.

Seiring dengan peningkatan pendapatan, laba bersih perseroan diperkirakan dapat meningkat 20% yoy menjadi US$616,8 juta pada tahun ini. Tahun lalu, laba bersih ADRO diperkirakan mencapai US$514 juta.

“Proyeksi pendapatan meningkat signifikan walaupun perusahaan cenderung menjaga level produksi batu bara,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (9/2/2018).

Pada tahun ini, sambung Robert, ADRO tidak menargetkan kenaikan volume produksi yang terlalu tinggi. Namun, perseroan memilih menjaga cadangannya dan mencoba mengalokasikan lebih untuk pembangkit listrik domestik.

Sebelumnya, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) Febriati Nadira menuturkan, pada 2018 perusahaan menganggarkan capex senilai US$750 juta—US$900 juta. Nilai itu meningkat dari pedoman belanja modal 2017 senilai US$200 juta—US$250 juta.

Pada 2018 perusahaan menargetkan produksi batu bara sebesar 54 juta—56 juta ton. Nisbah kupas diperkirakan mencapai 4,9x dibandingkan 2017 sejumlah 4,61x.

Perusahaan menargetkan EBITDA pada 218 senilai US$1,3 miliar—US$1,5 miliar. Angka tersebut meningkat dibandingkan estimasi EBITDA operasional pada 2017 sebesar US$900 juta—US$1,1 miliar.

Pada 2017 perseroan memproduksi batu bara sejumlah 51,79 juta ton, turun 2% yoy dari realisasi 2016 sebesar 52,64 juta ton. Adapun, volume penjualan mencapai 51,82 juta ton, turun 4% yoy dari sebelumnya 54,09 juta ton.

Menurut Robert, ADRO bisa saja mengalokasikan belanja modal dari kas internal hingga US$900 miliar. Pasalnya, per kuartal III/2017, kas internal perseroan mencapai US$1,2 miliar. “Utang perbankan atau penerbitan obligasi bisa menjadi pilihan bagi perusahaan kalau mau menambah belanja modal,”paparnya.

Dalam publikasi risetnya, analis Kresna Sekuritas William Mamudi memberikan rekomendasi trading buy terhadap saham ADRO dengan target resistan Rp2.700—Rp2.900.

Pada perdagangan Jumat (9/2/2018) jeda siang, saham ADRO menurun 4,13% atau 100 poin menuju Rp2.320. Harga melesu 5,31% sepanjang Februari 2018, tetapi masih meningkat 24,37% secara year to date (ytd).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper