Bisnis.com, JAKARTA—Rencana penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) ayam dan telur di tingkat konsumen berpotensi menekan margin keuntungan emiten perunggasan.
Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja menyampaikan, rencana penetapan HET ayam dan telur akan memengaruhi margin keuntungan emiten perunggasan, khususnya di divisi penjualan ayam broiler. Selain itu, peternak lokal juga terimbas tertekannya keuntungan.
“Adanya HET ayam dan telur akan menyebabkan divisi broiler emiten mengalami tekanan marjin keuntungan,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (8/1/2018).
Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan berencana menetapkan HET ayam dan telur karena harga kedua komoditas tersebut kerap berfluktuasi. Padahal, pemerintah sudah memberikan harga acuan.
Harga acuan tersebut diatur dalam Permendag no.27/M-DAG/PER/5/2017. Menurut beleid itu, harga ayam dan telur di tingkat konsumen ialah Rp32.000 per kg serta Rp22.000 per kg. Adapun, harga acuan pembelian keduanya di tingkat peternak ialah Rp18.000 per kg.
Namun, sesuai data Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, harga ayam dan telur pada Jumat (5/1/2018) di tingkat nasional mencapai Rp33.437 per kg serta Rp26.555 per kg.
Menurut Joni, rencana penetapan HET juga memengaruhi selera investor terhadap saham emiten perunggasan. Kendati demikian, sentimen baru ini tidak mengubah keputusan nasabah secara signifkan, karena kinerja emiten terkait sudah tertekan sejak beberapa tahun.
“Untuk dampak penerapan HET, mungkin masih perlu menunggu regulasi ini terbit sekaligus laporan keuangan di awal tahun agar terlihat efeknya,” paparnya.
Pada penutupan perdagangan Senin (8/1/2018), harga saham PT Charoon Pokphand Indonesia Tbk., (CPIN) anjlok 310 poin atau 8,61% menjadi Rp3.290. Sepanjang 2017, sahamnya terkoreksi 2,91% menuju Rp3.000.
Dalam waktu yang sama, saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk., (JPFA) merosot 55 poin atau 3,96% menuju Rp1.335. Tahun lalu, saham JPFA melesu 10,65% menjadi Rp1.300.
Saham PT Malindo Feedmill Tbk., (MAIN) pada perdagangan hari ini juga melesu 20 poin atau 2,70% menuju Rp720. Sepanjang 2017 saham MAIN turun 43,08% menjadi Rp740.
Joni menambahkan, NH Korindo memberikan outlook stabil terhadap emiten perunggasan pada 2018. Sentimen utama yang memengaruhi ialah perubahan harga jagung lokal dan regulasi pemerintah.
Pada Desember 2017, harga jagung domestik sudah menurun 9% dari bulan sebelumnya. Tahun ini, diperkirakan harga jagung stabil di level Rp3.700 per kg, sehingga memberikan peluang kenaikan marjin keuntungan bagi emiten.
Direktur Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk., Rudy Hartono Husin menuturkan, perusahaan akan mengikuti regulasi dari pemerintah soal penetapan HET. Tentunya pemerintah sudah mempertimbangkan secara matang bila ingin menelurkan sebuah peraturan.
Terkait usulan harga jual ayam dan telur di tingkat konsumen yang ideal, dia mengakui masih membahas secara internal. Diharapkan adanya regulasi baru dapat mendorong industri perunggasan.
“[Pembuatan regulasi HET ayam dan telur] Ini kan masih masih dalam proses yang panjang, kami juga masih membahas secara internal. Bisa jadi dampaknya positif terhadap kinerja perusahaan,” ujarnya.