Bisnis.com, JAKARTA — Calon emiten pertambangan PT Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS) mematok harga penawaran umum saham perdana di kisaran Rp350—Rp600 per lembar. Artinya, perusahaan berpotensi meraih dana hasil IPO senilai Rp140 miliar—Rp240 miliar.
Direktur Utama PT Borneo Olah Sarana Sukses Freddy Tedjasasmita mengatakan, dana hasil IPO digunakan untuk melunasi utang ke Bank Victoria International Tbk., sebesar Rp50 miliar, dan selebihnya sebagai keperluan ekspansi, seperti penyediaan infrastruktur serta penambahan alat.
“Kira-kira 70% [dari dana hasil IPO] yang untuk ekspansi,” tuturnya setelah acara due diligence meeting dan public expose, Rabu (24/1/2018).
Penyediaan infrastruktur yang dimaksud ialah pembangunan jetty di Sungai Mahakam. Adanya fasilitas baru membuat distribusi produksi batu bara perseroan semakin lancar, karena lokasinya juga terpusat di Kab. Kutai Barat, Kalimantan Timur.
“Kita punya empat tambang yang dioperasikan anak usaha. Karena lokasi berdekatan, jadinya pembangunan infrastruktur bisa untuk dipakai bersama,” tuturnya.
Terkait dengan pendanaan dari JOGMEC pada 2016, perseroan mendapatkan US$3 juta untuk menyuplai 2 juta ton batu bara selama 7 tahun ke Jepang. Pengiriman batu hitam dilakukan melalui Itochu.
Direktur PT Borneo Olah Sarana Sukses Widodo Nurly menyampaikan, Jepang berkontribusi terhadap 90% penjualan ekspor perseroan. Sisanya masing-masing 5% dikirim ke Filipina dan Korea Selatan. “Sekitar 60% batu bara kami diekspor, sisanya ke pasar domestik,” paparnya.
Dia optimistis penjualan batu bara BOSS dapat meningkat menjadi 800.000 ton pada 2018 dari tahun lalu sejumlah 240.000 ton. Oleh karena itu, pendapatan perseroan dapat meningkat dua kali lipat.
Per kuartal III/2017, perusahaan mengantongi pendapatan senilai Rp120,62 miliar, melonjak 131,16% year on year (yoy). Adapun, laba bersih mencapai Rp20,82 miliar dari sebelumnya rugi bersih Rp14,11 miliar.