Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah AS berakhir flat pada Jumat (Sabtu pagi WIB), namun mencatat kenaikan kuat untuk minggu ini, setelah Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan surplus pasokan minyak mentah global mulai menurun.
Laporan tersebut mengatakan permintaan minyak global tumbuh sangat kuat dari tahun ke tahun pada kuartal kedua 2017, mencapai sebesar 2,4 persen.
Pertumbuhan permintaan dari negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terus menjadi lebih kuat dari yang diperkirakan, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.
Pasokan minyak global jatuh pada Agustus karena penutupan yang tidak direncanakan dan pemeliharaan terjadwal rig-rig pengeboran, terutama di negara-negara non-OPEC, yang merupakan penurunan pertama dalam empat bulan.
Sementara itu, dolar AS mempertahankan pelemahannya pada Jumat (15/9), membuat minyak lebih menarik bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,23 persen menjadi 91,913 pada akhir perdagangan.
Di bidang data, jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak AS turun tujuh rig menjadi total 756 rig minggu ini, menurut data yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes pada Jumat (15/9).
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, tidak berubah menetap di 49,89 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman November naik 0,15 dolar AS menjadi ditutup pada 55,62 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.