Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang saat ini tidak dalam posisi fundamentalnya (under value), tidak begitu dipermasalahkan oleh para pelaku pasar.
Yang lebih penting adalah pergerakan rupiah yang cenderung stabil ketimbang rupiah yang merefleksikan true value-nya.
Sebagai contoh, jika seandainya rupiah berada di posisi nilai sebenarnya yakni, Rp12.000-an dari posisi saat ini Rp13.300, kemudian terjadi goncangan dan posisi rupiah bergerak bebas ke angka Rp13.000-an, maka hal tersebut tidak baik bagi pasar.
Hal ini diungkapan oleh Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean saat ditanya awak media mengenai nilai fundamental rupiah saat ini di Jakarta (17/7).
Adrian menjelaskan, jika dihitung dengan skema real effective exchange rate, maka nilai rupiah berada pada level under value sekitar 5-10%. Sedangkan jika skema under by around digunakan, maka rupiah mengalami under value sebesar 5-20%.
Menurutnya, apabila dibandingkan secara year to date sampai 14 Juli 2016, rata-rata rupiah berada dilevel Rp13.410. Sementara hingga 14 Juli 2017 rupiah sudah terapresiasi hampir 1% yakni berada dilevel Rp13.335.
Baca Juga
Lebih lanjut, kondisi rupiah yang berada dibawah nilai sesungguhnya ini sebenarnya membawa berkah tersendiri. Karena, saat perdagangan global sedang bergairah, rupiah mempunyai competitiveness yang lebih baik.
Adrian melanjutkan, CIMB sendiri menetapkan average nilai rupiah pada kuartal III/2017 berada pada level Rp13.500. Namun, dirinya memprediksi rupiah akan bergerak ke level Rp.13.300 hingga Rp13.400 dan full year average pada level Rp13.425.
Secara umum Adrian menegaskan, stabilitas nilai tukar rupiah adalah hal yang paling diharapkan oleh market dibandingkan dengan nilai fundamental rupiah sesungguhnya.
“Yang paling penting message-nya adalah, we are seeing 2017 rupiah stabil,” ujarnya.