Bisnis.com, JAKARTA— Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit.
Saat ini, bisnis sawit Indonesia dinilai masih menciptakan banyak masalah, seperti deforestasi, pekerja anak hingga pelanggaran HAM. Oleh karena itu, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) akan mengirim perwakilan utusan misi gabungan (joint mission) ke Parlemen Eropa pada Mei 2017, untuk menyampaikan keberatan atas resolusi sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit oleh Parlemen Uni Eropa.
Resolusi tersebut tentunya dapat menjadi sentimen negatif bagi negara penghasil sawit terbesar seperti Indonesia.
Menurut data BPS, nilai ekspor minyak sawit pada Januari 2017 sekitar 2,57 juta ton dengan nilai US$1,96 miliar (naik 72,87% yoy) dan berkontribusi sekitar 16,20% ekspor nonmigas nasional. Nilai ekspor minyak kelapa sawit ke India memberikan kontribusi terbesar (28,6%) disusul China (12,6%).
Sementara itu, pada 2015 lalu kebutuhan minyak sawit Uni Eropa sebesar 6,3 juta ton dimana 4,2 juta ton atau sekitar 67% berasal dari Indonesia.
“Namun kampanye negatif terhadap sawit menekan ekspor minyak sawit ke Uni Eropa menjadi 3,3 juta ton tahun lalu,” papar riset HP Financial yang diterima, Rabu (12/4/2017).