Bisnis.com, JAKARTA— PT Bank Permata Tbk. (BNLI) berencana melakukan rights issue dengan menerbitkan sebanyak-sebanyaknya 24 miliar saham baru.
Berdasarkan prospektus ringkas yang dipublikasikan Jumat (31/3/2017) dikemukakan bahwa perseroan siap melalukan penawaran umum terbatas VIII kepada para pemegang saham dengan penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 24 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp125 per saham.
Saat ini, perseroan belum menetapkan harga pelaksanaan. Adapun, PT Astra International Tbk. (ASII) dan Standard Chartered Bank, pemegang utama perseroan menyatakan akan melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang ditawaran dalam PUT VIII ini.
Sehubungan dengan pelaksanaan haknya, Astra dan Standard Chartered masing-masing telah menyetorkan Rp750 miliar pada 5 Desember 2016 yang diperhitungkan sebagai setoran modal dalam rangka perseroan melakukan penawaran umun.
Rencananya, dana hasil rights issue akan digunakan untuk memperkokoh struktur permodalan perseroan dan seluruhnya akan digunakan untuk membiayai peningkatan aset produktif dalam rangka pengembangan usaha.
Sementara itu, berdasarkan catatan Bisnis.com, pada Rabu, 29 Maret 2017 perseroan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dengan agenda utama menyetujui rights issue dan perubahan jajaran manajemen dan komisaris.
Dalam RUPSLB, pemegang saham menyetujui pelaksanaan Peningkatan Modal Ditempatkan dan Disetor melalui Penawaran Umum Terbatas dengan Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue) dalam rangka memperkuat struktur dan ketahanan permodalan Bank.Proses Rights Issue direncanakan akan selesai pada Juni 2017, dengan jumlah dana yang akan diperoleh PermataBank sebanyak-banyaknya Rp3 triliun.
Pelaksanaannya dijadwalkan semester I/2017 ini mendapat dukungan kuat dari dua pemegang saham utama PermataBank, yaitu PT Astra International Tbk dan Standard Chartered Bank, menyusul kesuksesan Rights Issue senilai Rp5,5 triliun pada 2016 lalu.