Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pelayaran PT Logindo Samudramakmur Tbk. tengah menjajaki peluang di bisnis proyek infrastruktur dan transportasi LNG melalui kerja sama dengan sejumlah mitra strategis.
Eddy Kurniawan Logam, Presiden Direktur Logindo Samudramakmur mengatakan, penjajakan bisnis baru tersebut merupakan bagian dari strategi perseroan untuk memantapkan kinerja jangka panjang perseroan.
Selama ini, bisnis perseroan bertumpu pada penyewaan kapal untuk pendukung aktivitas pengeboran minyak bumi. Pendapatan perseroan sangat fluktuatif, tergantung pada kinerja industri tersebut. Tahun lalu, pendapatan perseroan turun 31% secara tahunan menjadi akibat lesunya bisnis minyak bumi.
Eddy mengatakan, dibandingkan cadangan minyak bumi, cadangan gas bumi Indonesia jauh lebih melimpah. Menurutnya, masa depan energi Indonesia adalah pada gas bumi sehingga perseroan berminat untuk serius terjun ke bisnis tersebut.
Di sisi lain, pemerintah cukup serius untuk mendorong produksi LNG dengan mambangun sedikitnya 33 Failitas Penyimpanan dan Pencairan Gas atau Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di seluruh Indonesia. Untuk mendukung itu, dibutuhkan kapal LNG untuk mendistribusikan gas alam ke FSRU tersebut.
“Ini yang kami lihat menarik sehingga kami ingin masuk di kemudian hari. Kita sekarang banyak berusaha, banyak belajar, dan akan ikut tender penyediaan kapal, bahkan unit regasifikasinya,” katanya, Kamis (30/3/2017).
Dirinya mengakui, kapasitas perseroan masih sangat terbatas untuk memasuki bisnis baru tersebut, mengingat proses produksinya jauh lebih rumit dibandingkan industri minyak bumi yang selama ini digeluti perseroan.
Oleh karena itu, perseroan berupaya menjajaki kerja sama dengan mitra-mitra yang lebih berpengalaman dan memiliki kekuatan modal. Namun, dirinya belum mengungkapkan lebih rinci mitra mana saja yang tengah didekati.
Sundap Carulli, Chief Financial Officer Logindo Samudramakmur mengatakan, investasi satu unit kapal LNG sedikitnya mencapai USD20 juta hingga USD40 juta. Perseroan jelas belum siap untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebu secara mandiri.
Namun, menurutnya perseroan tidak terlalu menguatirkan kendala modal dana. Dalam negosiasi dengan calon mitra, LEAD akan mengedepankan keunggulan kompetitif perseroan sebagai pemain senior di bisnis eksplorasi dan transportasi minyak bumi.
Meski belum memiliki kapal, perseroan akan mulai mengikuti tender proyek infrastruktur dan transportasi LNG tersebut tahun ini melalui konsorsium dengan sejumlah mitra. Baru setelah ada kepastian memenangkan tender, perseroan mengusahakan pengadaan kapal bersama mitra.
“Pemberi proyek juga tahu saat ini tidak ada kapal LNG yang siap di Indonesia. Jadi, pasti akan diberikan waktu antara 18 bulan hingga 24 bulan untuk pendanaan. Kapal LNG ini jenisnya beda dengan kapal yang kita punya,” katanya.
Menurutnya, bila perseroan berhasil memenangkan tender proyek pengangkutan LNG, belanja modal pengadaan kapal baru akan dianggarkan tahun depan.