Bisnis.com JAKARTA –PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) mencatatkan kinerja yang sangat kinclong sepanjang 2016 dengan sukses membukukan laba bersih yang dapat didistribusikan ke entitas induk sebanyak US$34,45 juta.
Pencapaian sepanjang 2016 tersebut meroket 1.605,44% atau lebih dari 16 kali lipat jika dibandingkan kinerja sepanjang 2015 yang hanya mencatatkan laba bersih yang dapat didistribusikan ke entitas induk sebanyak US$2,02 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang diunggah ke Bursa Efek Indonesia pada Rabu (1/3/2017), kinerja yang sangat ciamik itu didukung oleh peningkatan penjualan bersih yang naik 8,82% menjadi US$383,34 juta, dibandingkan pada 2015 yang hanya mencatatkan US$353,19 juta. Padahal, beban pokok penjualan juga mengalami peningkatan tipis sebesar 1,32% dari US$242,94 pada 2015 menjadi US$246,14 juta pada 2016.
Sebagian besar komponen beban menurun, kecuali pada komponen beban eksplorasi, beban keuangan dan beban bunga. Namun demikian, pada tahun lalu, perseroan sukses memperoleh keuntungan selisih kurs yang mencatatkan sebesar US$624.510. Padahal, pada 2015, perseroan mencatatkan kerugian kurs sebanyak US$4,85 juta.
Meski emiten dengan sandi GEMS itu tidak memperoleh pemasukan dari komponen jasa pelabuhan pada tahun lalu, tetapi pendapatan lain-lain sukses mencatatkan sebesar US$941.644. Padahal, pada 2015, perseroan mencatatkan beban lain-lain sebesar US$248.281.
Akhirnya, seluruh komponen tersebut mendorong pencapaian laba sebelum pajak final dan pajak penghasilan sebanyak US$49,26 juta pada 2016, atau meroket 2.070,04% dibandingkan 2015 yang hanya mencatatkan sebesar US$2,27 juta.
Pada Selasa (28/2/2017) di Bursa Singapura, induk GEMS, Golden Energy and Resources Limited, mencatatkan laba bersih sebesar US$33,7 juta sepanjang tahun lalu, setelah mencatatkan rugi bersih sebesar US$8,7 juta pada 2015.
Kinerja sepanjang 2016 merupakan kinerja tahunan pertama secara penuh pasca GEMS diakuisisi Golden Energy and Resources Limited (GEAR) pada April 2015. Pencapaian keuntungan pada tahun lalu tersebut, didorong oleh meningkatnya kontribusi pendapatan antar divisi dalam Grup, khususnya divisi pertambangan batu bara.
Selain karena penjualan yang juga meningkat dibandingkan pada 2015, harga batu bara juga mengalami peningkatan secara tahunan (year-on-year/y-o-y).
Direktur Eksekutif dan CEO GEAR Fuganto Widjaja mengatakan peningkatan pendapatan pada divisi pertambangan batu bara merupakan kontribusi kunci pada performa sepanjang 2016.
“Ini menegaskan strategi operasional kami untuk meningkatkan produksi batu bara, mengingat permintaan yang terus menguat baik di Indonesia maupun di luar negeri,” katanya dalam keterbukaan informasinya di Bursa Singapura, Selasa (28/2/2017).
Dia menambahkan dengan posisi arus kas perseroan, pihaknya siap untuk terus bertumbuh dalam produksi batu bara di tambang mereka, serta untuk melihat tambahan akuisisi strategis yang dapat meningkatkan penghasilan Grup.
Adapun, sepanjang 2016, GEAR mencatatkan pendapatan sebanyak US$393,3 juta atau meningkat 9,3% dari 2015 yang hanya mencatatkan pendapatan sebesar US$359,8 juta. Peningkatan pendapatan ini sejalan dengan peningkatan penjualan batubara pada divisi pertambangan batu bara yanag meningkat 9,7% secara y-o-y menjadi US$329,5 juta pada 2016. Perolehan laba kotor meningkat 29% menjadi US$144,1 juta pada 2016 dari posisi 2015 yang hanya mencatatkan US$111,7 juta.
PRODUKSI BATU BARA
Sepanjang tahun lalu, total produksi batu bara GEAR sebanyak 9,5 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 7,5 juta ton dihasilkan oleh PT Borneo Indobara (BIB) yang memiliki konsesi batu bara terbesar dalam Grup.
Untuk produksi batu bara pada tahun ini, GEAR telah meminta persetujuan ke pemerintah Indonesia c.q. Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, untuk meningkatkan produksi dari tambang BIB menjadi 12 juta ton.
GEAR optimistis bisa memperoleh persetujuan tersebut sehingga bisa mencapai target produksi batu bara Grup pada tahun ini sebesar 14 juta ton. Untuk mencapai peningkatan produksi tersebut, GEAR akan mendukung dengan adanya infrastruktur transportasi berupa ban berjalan (conveyor belt) yang memungkinkan pemuatan langsung ke kapal tongkang besar di Laut Jawa. Selain itu, juga ada pelabuhan khusus, serta jalan yang dikendalikan sepenuhnya oleh BIB.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Singapura tersebut juga memandang positif untuk prospek batu bara ke depan seiring dengan adanya kekurangan pasokan batu bara di tengah meningkatnya permintaan di asar negera berkembang di Asia, seperti India.
Untuk memenuhi permintaan listrik di India yang diperkirakan mencapai 1.750 terawatt per jam (Twh) pada 2020, dimana pasokan dari pembangkit batu bara akan memasok 1.230 Twh. Di sisi lain, impor batu bara China telah meningkat 64% pada Januari menjadi 24,91 juta ton.
Sementara itu, pada pasar domestik, megaproyek 35.000 megawatt (MW) yang diharapkan dicapai pada 2019, sebanyak 20.000 MW akan berupa pembangkit listrik tenaga batu bara sehingga permintaan batu bara domestik diproyeksikan meningkat.