Bisnis.com, JAKARTA--Emiten pertambangan, PT Perdana Karya Perkasa Tbk. memproyeksikan raihan pendapatan usaha menjadi Rp50 miliar, tumbuh 100% secara tahunan.
Emiten yang berpusat di Samarinda, Kalimantan Timur itu juga memproyeksikan jumlah beban pokok pada tahun depan mencapai Rp39,67 miliar.
Direktur Perdana Karya Perkasa Untung Haryono menuturkan kinerja tahun depan masih sangat tergantung dengan kontrak yang diteken. Menurutnya, pendapatan 2017 masih sangat bergantung dengan jasa konstruksi dan diharapkan bisa kembali masuk pada bisnis pertambangan.
"Saat ini, kami sedang fokus menggarap konstruksi. Kalau bisnis batu bara, kami harus berhati-hati," ungkapnya, Selasa (13/12/2016).
Pada tahun depan, PKPK memproyeksikan nilai laba bersih mencapai Rp3,04 miliar, meningkat 6,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dia menuturkan hingga akhir 2016, PKPK masih mencatatkan rugi, akan tetapi jumlah rugi lebih kecil dibanding periode sebelumnya.
Hingga September 2016, rugi bersih PKPK mencapai Rp3,93 miliar, atau mulai membaik dari rugi periode yang sama tahun sebelumnya Rp35,18 miliar. Adapun pendapatan usaha PKPK per September 2016 mencapai Rp5,5 miliar, terkontraksi 72,37% dari posisi Rp19,91 miliar pada kuartal III/2015.
Perusahaan yang berpusat di Kalimantan Timur ini memiliki dua proyek berjalan yakni Total E&P Indonesia dan Santos Energy yakni Tatun Well Connection Package dan Blanket Fabrication. Adapun nilai kontrak proyek baru PKPK dalam tiga tahun terakhir senilai Rp120,01 miliar.
Adapun komposisi pemegang saham PKPK yakni dimiliki publik 40,33% lalu dimiliki taipan Soerjadi Soedarsono selaku Direktur Utama Perdana Karya Perkasa sebanyak 35,95%, lalu disusul oleh Fanny Listiawati 12,61%, Tukidi 1,01%, dan treasury stocks 10,11%.