Bisnis.com, JAKARTA - Menguatnya sejumlah data ekonomi Amerika Serikat dan proyeksi pengerekan suku bunga Federal Reserve dapat menjadi basis penguatan dolar AS menuju level 102,5 sampai akhir tahun. Alhasil sejumlah mata uang kian tertekan.
Pada perdagangan Kamis (1/12) pukul 18.30 WIB indeks dolar menurun 0,31% atau 0,31 poin menuju 101,19. Ini menunjukkan dolar sudah naik 2,6% sepanjang tahun berjalan.
Pada kuartal III/2016, Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) preliminary AS naik menjadi 3,2%, melampaui konsensus analis sebesar 3% dan PDB advance 2,9%. Data PDB AS dikeluarkan dalam tiga tahap, yakni advance (terdepan), preliminary (selanjutnya), dan final (akhir).
Sementara itu. indeks kepercayaan konsumen periode Oktober 2016 juga meningkat ke 107,1 dari bulan sebelumnya 100,8. Sebelumnya konsensus memprediksi indeks hanya akan naik menjadi 101,3.
Data tenaga kerja versi swasta atau ADP periode Oktober--November juga mengalami peningkatan menuju 216.000 dari sebelumnya 119.000 dan perkiraan konsensus sebesar 161.000.
Adapun pada Jumat (2/12), pasar menunggu rilis data tenaga kerja (non farm payroll/ NFP) AS periode November 2016. Data NFP diperkirakan meningkat menjadi 165.000 dari sebelumnya 161.000, sedangkan tingkat pengangguran stabil di posisi 4,9%.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menuturkan penguatan data ekonomi AS membuat dolar semakin bullish. Sampai akhir tahun, indeks dapat mencapai 102,5 setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan depan.
"Rencananya keputusan rapat akan soal kenaikan suku bunga akan diumumkan 15 Desember. Ini membuat dolar semakin kokoh," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (1/12/2016).
Sementara euro, mata uang yang paling dekat untuk memengaruhi dolar, diperkirakan masih melanjutkan pelemahan. Sentimen yang mendorong ialah rencana European Central Bank (ECB) untuk menambah stimulus moneter.
Pada rapat bulan depan, ECB akan menentukan kelanjutan kebijakan yang akan diambil. Sebelumnya masa penggelontoran stimulus sebesar 60 juta euro per bulan akan berakhir pada Maret 2017.
Keperkasaan dolar AS turut menekan kinerja rupiah, meskipun cenderung terbatas. Putu memprediksi sampai akhir 2016, harga euro akan terkoreksi ke 1,04 per dolar AS, sedangkan rupiah berpotensi menuju Rp13.700--Rp13.800 per dolar AS.
Kemarin pada pukul 18:35 WIB, euro terkoreksi 0,34% menuju 1,062 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan terjadi peningkatan 2,17%.
Adapun rupiah ditutup melemah tipis 0,07% atau 10 poin ke Rp13.565 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.543 – Rp13.609 per dolar AS. Adapun kurs tengah BI dipatok Rp13.582.