Bisnis.com, JAKARTA- Waterfront Securities Indonesia mengemukakan aksi sejumlah saham menjadi perhatian pasar pada perdagangan hari ini, Senin (28/11/2016).
Octavianus Marbun, Analis PT Waterfront Securities Indonesia mengatakan saham tersebut adalah:
- Per September, ELSA bukukan total kontrak US$388 juta
Hingga September 2016, PT Elnusa Tbk (ELSA) sudah membukukan kontrak jasa hulu migas hingga USD388 juta yang digarap hingga beberapa tahun ke depan. Dari nilai tersebut, kontrak baru yang diperoleh pada tahun ini sebesar USD77 juta dengan kontrak jasa operation maintenance menjadi kontributor utama sebesar 57%. Adapun, jasa seismik darat tahun ini memiliki performa yang baik dengan tumbuh sebesar 8% dari proyek 3D seismik di Jawa Barat yang sudah hampir selesai dikerjakan. Untuk tahun depan ELSA juga telah siap untuk melakukan pekerjaan seismik di beberapa daerah, di antaranya Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan. Selain bisnis yang sudah ada tahun ini ELSA juga sudah mulai menjajaki beberapa peluang bisnis baru di antaranya pengembangan bisnis monetisasi flare gas atau gas suar bakar.
- JSMR dirikan perusahaan patungan untuk bangun jalan layang Cikampek
PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Ranggi Sugiron Perkasa (RSP) pada 24 November 2016 telah menandatangani Akta Perjanjian usaha Patungan Pengusahaan Jalan Tol Jalan layang Cikampek dan Akta Pendirian Perusahaan PT Jasamarga Jalan layang Cikampek. JSMR akan melakukan penyertaan pada perusahaan patungan dengan nilai penyertaan Rp9.600.000.000 atau sebanyak 9.600 lembar saham atau 80%. Tujuan dari transaksi ini untuk menambah panjang hak konsesi jalan tol yang tercermin dalam peningkatan nilai aset perseroan sehingga menjadikan perseroan tetap sebagai market leader dalam industri jalan tol dengan mempertahankan pangsa pasar paling sedikit 50% dari total panjang jalan tol Indonesia.
- BNBR mengajukan restrukturisasi utang senilai Rp8 triliun
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tengah mengajukan proposal restrukturisasi utang kepada kreditur senilai Rp8 triliun. Perseroan telah mengajukan proposal dan melakukan pembicaraan dengan kreditur. Proses pengajuan proposal diklaim telah mencapai 80%-90% dari seluruh tahapan. Dalam laporan keuangan per 30 September 2016, pinjaman jangka pendek mencapai Rp1,69 triliun dengan utang jangka panjang yang jatuh tempo setahun Rp3,26 triliun. Secara keseluruhan, liabilitas perseroan mencapai Rp12,49 triliun dari akhir tahun lalu Rp13,12 triliun. Tiga kreditur besar BNBR di antaranya Credit Suisse AG. Singapore Rp1,13 triliun, Mitsubishi Corporation Jepang Rp1,91 triliun, dan Eurofa Capital Investment Inc., Singapura senilai Rp1,34 triliun. Pada awal Juni 2016, pemegang saham merestui penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) senilai Rp990,69 miliar. Obligasi itu dirilis melaluirights issue sebanyak 19,81 miliar lembar saham baru setara 17,45% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
- MDLN targetkan jual lahan industri 3,5 hektar
PT Modernland Realty Tbk (MDLN) melalui anak usahanya PT Modern Industrial Estat (MIE) menargetkan tambahan penjualan lahan industri seluas 3,5 hektare dalam lima pekan mendatang. Perseroan telah membukukan penjualan lahan seluas 26,5 hektare hingga November 2016. Penjualan lahan industri mulai meningkat memasuki kuartal III/2016. Penjualan lahan industri MDLN dalam sembilan bulan 2016 mencapai 14,7 hektare. Jumlah tersebut terdiri dari 5,5 hektare penjualan di kuartal I/2016, 7 hektare di kuartal II/2016, dan 2,2 hektare di kuartal III/2016.
- WSKT siapkan capex Rp30,7 triliun
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp30,7 triliun di tahun depan. Dana capex kebanyakan dianggarkan untuk pembangunan jalan tol yang akan dijalankan anak usahanya Waskita Toll Road sekitar Rp25 triliun. Selain ke Waskita Toll Road, dana capex juga akan dialokasikan untuk PT Waskita Karya Energi sebesar Rp1,9 triliun, sebesar Rp2 triliun untuk PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), sebesar Rp1 triliun untuk PT Waskita Karya Realty (WKR).juga ada capex untuk WSKT sebagai kontraktor holding sebesar Rp900 miliar. Sehingga total capex mencapai Rp30,7 triliun. Adapun sumber pendanaan capex didapatkan dari berbagai lini.