Bisnis.com, MUMBAI - DHL Group kembali merilis DHL Global Connectedness Index 2016 di Mumbai terkait keterhubungan antar wilayah di 140 negara dunia. Bagaimana posisi Indonesia?
Pangkaj Ghemawat, Global Professor of Management and Strategy, and Director of the Center for the Globalization of Education and Management at the Stern School of Business at New York University, and the Anselmo Rubiralta Professor of Global Strategy at IESE Business School, menguraikan rilis tersebut.
"Meski rangkingnya turun, tapi posisi Indonesia tidak terlalu buruk," katanya di Mumbai India, Selasa (15/11/2016).
Secara keseluruhan, DHL Global Connectedness Index (GCI) 2015, dirilis edisi keempat di Mumbai, India. Laporan dengan analisis arus perdagangan lintas batas, modal, informasi, dan penduduk, pada 2014 telah melampaui kinerja pra-krisis pada 2007.
Pada tahun lalu, ekspansi pascakrisis global terjadi perlambatan. Namun, kondisinya tidak berbalik lantaran sejumlah wilayah masih menunjukkan pertumbuhan hingga 8% tingkat keterhubungan pada 2015.
Menurut dia, negara-negara maju tercatat empat kali lebih terintegrasi pada sisi arus modal secara internasional. Negara maju juga lima kali lebih tinggi di sisi arus perputaran penduduknya, dan sembilan kali lebih terkoneksi dari sisi arus informasi internet.
Bila negara-negara berkembang dapat menyamai negara maju dalam hal keterhubungan, kata dia, diperkirakan menjadi pendorong yang sangat kuat bagi konektivitas dunia. Khusus Asean, secara umum mengalami koreksi peringkat dalam GCI 2016.
"Globalisasi menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia selama lebih setengah abad terakhir," kata CEO Deutsche Post DHL Group Frank Appel.
GCI mendokumentasikan bahwa globalisasi akhirnya pulih dari krisis keuangan. Namun, masih menghadapi ketidakpastian di masa depan. Terpenting, pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis dapat menciptakan iklim perkembangan perdagangan global untuk masyarakat dunia.
Jurgen Gerdres, CEO Post e-Commerce Parcel Deutsche Post DHL Group, menuturkan Indonesia menjadi salah satu yang akan menjadi andalan bagi perdagangan internasional di masa depan. Indonesia akan memimpin Asean, terutama dalam konektivitas yang dimotori oleh pesatnya pertumbuhan e-commerce.
Dia menambahkan, efek keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) menjadi goncangan tersendiri bagi tingkat keterhubungan global. Ditambah lagi, terpilihnya Donald John Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat, menambah keterkejutan, terutama di pasar finansial.
"Pipres AS sangat penting, harapannya seperti Hillary Clinton yang mendukung perkembangan perdagangan daring," tuturnya.
Berikut 10 besar peraih Global Connectedness Index 2015:
No | Negara | Perubahan dari sebelumnya |
1 | Belanda | 0 |
2 | Singapura | 0 |
3 | Irlandia | +1 |
4 | Swiss | -1 |
5 | Luxemburg | +1 |
6 | Belgia | +1 |
7 | Jerman | +1 |
8 | Inggris | -1 |
9 | Denmark | 0 |
10 | Uni Emirat Arab | +4 |
Sumber: DHL Global Connectedness Index 2015, diolah.
Keterangan: Angka menunjukkan perubahan peringkat dari periode 2013.