Bisnis.com, JAKARTA– Pergerakan harga minyak mentah dunia terpantau tergelincir pada perdagangan di Asia hari ini, Selasa (27/9/2016), seiring aksi ambil untung investor setelah minyak mengalami lonjakan lebih dari 3% pada sesi perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak November turun 0,20% atau 0,09 poin ke US$45,84 per barel pada pukul 12.43 WIB, setelah dibuka dengan pelemahan 0,67% ke posisi US$45,62.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak November turun 0,36% atau 0,17 poin ke level US$47,18, setelah dibuka dengan pelemahan 0,61% atau 0,29 poin di level 47,06.
Pada perdagangan Senin (26/9/2016), harga minyak WTI kontrak November ditutup melonjak 3,26% atau 1,45 poin ke US$45,93, sedangkan patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak November berakhir melejit 3,18% atau 1,46 poin ke US$47,35 per barel.
Penguatan dolar hari ini juga turut membebani harga minyak. Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan dolar terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,07% atau 0,068 poin ke level 95,365 pada pukul 12.43 WIB.
Seperti dilansir Reuters hari ini (Selasa, 27/9/2016), menguatnya dolar menunjukkan adanya penilaian pasar untuk kemenangan Hillary Clinton, kandidat dari Partai Demokrat, terhadap kandidat Partai Republik Donald Trump dalam debat pertama calon Presiden AS yang telah digelar hari ini.
Seperti diketahui, penguatan dolar membuat nilai komoditas seperti minyak mentah yang diperdagangkan dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi konsumen yang membayar dalam mata uang lainnya.
Di sisi lain, ekspektasi kenaikan persediaan minyak mentah AS untuk pekan lalu juga telah menekan harga di tengah kekhawatiran kelebihan suplai global.
Berdasarkan jajak pendapat terhadap analis dalam survey Reuters, persediaan minyak mentah komersial AS mungkin naik dengan jumlah rata-rata sebesar 2,8 juta barel menjadi 507,4 juta barel sepanjang pekan hingga 23 September.
Prediksi tersebut keluar menjelang laporan mingguan oleh American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis hari ini, serta laporan data badan energi AS Energy Information Administration (EIA) yang akan dipublikasikan esok hari.