Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan harga minyak mentah dunia terpantau berlanjut pada perdagangan siang ini, Kamis (22/9/2016), setelah ditutup dengan lonjakan pada sesi perdagangan sebelumnya menyusul penurunan persediaan minyak mentah AS untuk pekan ketiga berturut-turut yang tidak terduga.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak November menguat 0,99% atau 0,45 poin ke US$45,79 per barel pada pukul 12.27 WIB, setelah dibuka dengan kenaikan 0,62% di posisi US$45,62.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak November menguat 0,90% atau 0,42 poin ke level US$47,25, setelah dibuka naik 0,34% atau 0,16 poin di level 46,99.
Pada perdagangan kemarin (Rabu, 21/9), harga minyak WTI kontrak November ditutup menguat 2,93% atau 1,29 poin ke US$45,34, sedangkan patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak November berakhir melesat 2,07% atau 0,95 poin ke US$46,83 per barel.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak melonjak setelah badan energi AS Energy Information Administration (EIA) mengejutkan pasar dengan laporan penurunan persediaan minyak mentah AS sebesar 6,2 juta barel menjadi 504,6 juta barel pekan lalu.
“Harga minyak menguat setelah data EIA menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS ke level terendah sejak Februari,” jelas ANZ bank dalam risetnya hari ini.
Di sisi lain, penguatan minyak Brent terdorong aksi mogok pekerja minyak di Norwegia yang mengancam terhadap turunnya produksi minyak mentah di Laut Utara.
Sementara itu, pelemahan dolar setelah bank sentral AS Federal Reserve memutuskan mempertahankan tingkat suku bunganya turut mendukung harga minyak, dengan membuat harga impor bahan bakar yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih murah bagi negara yang membayar dalam mata uang lainnya.
Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan dolar terhadap sejumlah mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,31% atau 0,292 poin ke 95,368 pada pukul 12.27 WIB.