Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JFX Gencarkan Perdagangan Berjangka Komoditas Olein

Jakarta Future Exchange (JFX) berencana memacu transaksi multilateral olein sebagai produk Perdagangan Berjangka Komoditas (PBK) unggulan.

Bisnis.com, JAKARTA--Jakarta Future Exchange (JFX) berencana memacu transaksi multilateral olein sebagai produk Perdagangan Berjangka Komoditas (PBK) unggulan. Hingga akhir tahun, total transaksi olein ditargetkan mencapai 99.000 lot, atau 6,6% dari target 2016 sebesar 1,5 juta lot.

Isa Abiyasa Djohari, Plt. Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Usaha JFX menuturkan, produk olein dalam keseharian lebih dikenal masyarakat sebagai minyak goreng. Ada dua alasan utama yang mendasari perusahaan memfokuskan diri ke PBK olein.

Pertama, secara tata niaga olein terbilang paling matang, karena menggunakan standarisasi pabrik. Dengan standarisari industri, produk yang menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit atau CPO ini memiliki kualitas yang terjamin.

Kedua, Indonesia merupakan penghasil CPO terbesar di dunia, sehingga peluang mengupayakan PBK menjadi lebih aktif melalui olein sangat terbuka.

Berdasarkan data JFX, tahun lalu Negeri Garuda memproduksi 33,1 juta ton CPO. Adapun pembuatan olein mencapai 19,4 juta ton per tahun dengan konsumsi domestik sebesar 5,5 juta ton per tahun, dan selebihnya diekspor.

Wilayah yang yang menjadi produsen utama ialah Sumatera (CPO dan olein), Kalimantan (CPO), serta Jawa (olein) melalui 75 unit usaha industri. Untuk transaksi PBK olein, JFX bekerjasama dengan PT Asianagro Agungjaya (AAJ) selaku produsen minyak goreng.

Lokasi tangki AAJ terletak di Marunda, Jakarta Utara. "Sementara kami pakai dulu yang di Jakarta, nanti setelah volume transaksi meningkat bisa saja menambah di daerah lain," ujar Isa, Rabu (21/9).

Isa menjelaskan, tujuan pelaku pasar melakukan perdagangan berjangka komoditas ialah price discovery (menemukan harga) dan hedging (lindung nilai). Ada beberapa tahapan dalam berivestasi melalui PBK.

Awalnya produsen, misalnya pabrik olein, menyerahkan Delivery Order (DO) produknya kepada pialang anggota kliring. Selanjutnya, pialang anggota kliring menyerahkan DO ke Kliring Berjangka Indonesia atau KBI.

Terakhir, KBI memberikan DO kepada pembeli atau investor. Bila ingin mendapatkan bentuk fisik komoditas, pembeli bisa menyerahkan DO kembali kepada produsen.

"Cuma sangat jarang yang pingin fisik [komoditas], karena mereka [pembeli] mendulang untung dari kenaikan harganya, bukan dari penjualan fisiknya," tambah Isa.

Menurutnya, dari seluruh PBK yang ada di dunia, serah terima fisik komoditas melalui bursa tidak sampai angka 2%.

JFX sendiri memiliki dua produk olein, yakni barang dengan kode kontrak OLE dan OLE 10. OLE merupakan satuan kontrak olein berukuran 20 ton (20.000 kg) per lot, sedangkan OLE 10 berkapasitas 10 ton (10.000 kg) per lot.

Perbedaan utama keduanya ialah jumlah serah terima fisik. Dengan memiliki 1 lot, pembeli OLE sudah bisa melakukan serah terima, sedangkan pembeli OLE 10 baru bisa menukar fisik setelah memenuhi syarat 50 lot.

Isa menambahkan, mayoritas pembeli memilih produk OLE 10. Alasannya, pembeli cenderung memiliki motif investasi, bukan untuk mendapatkan bentuk fisik dari olein dalam jumlah besar.

Tahun ini, JFX menargetkan transaksi multilateral OLE sejumlah 42.000 lot dan OLE 10 sebesar 57.000 lot. Sejak awal Januari hingga 20 September 2016, transaksi OLE sudah mencapai 51.000 lot, sedangkan OLE 10 sebanyak 26.000 lot.

Gabungan target OLE dan OLE 10 sebesar 99.000 lot merupakan 6,6% dari total target kontrak multilateral 2016 JFX sejumlah 1,5 juta lot. Tahun lalu, JFX mencatatkan volume transaksi sebanyak 700.264 lot.

Jumlah transaksi harian OLE dan OLE 10 berkisar antara 100--300 lot per hari. Menurut Isa, volume transaksi mulilateral terbilang likuid setelah mencapai 2.000 lot per hari untuk setiap satuan kontrak.

Donny Raymond, Direktur JFX, menambahkan secara historis transaksi multilateral di JFX didominasi oleh kopi dan emas. Pasalnya, produk maupun turunan produk keduanya sudah dikenal masyarakat.

Tahun lalu, tiga kontrak komoditas yang menjadi penyokong utama ialah kopi robusta sejumlah 233.712 lot, emas berjangka 250 gram sebanyak 129.023 lot, dan kopi arabika senilai 82.529 lot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper