Bisnis.com, JAKARTA— Panin Asset Management memprediksi return reksa dana berbasis obligasi atau pendapatan tetap pada tahun ini bisa sekitar 2%-3%.
Dalam risetnya, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan potensi kenaikan harga obligasi sudah agak terbatas karena kenaikan yang cukup tinggi selama Januari - Agustus 2016. Meski demikian karena tingkat inflasi Indonesia yang rendah dan suku bunga yang berpotensi turun, dampak suku bunga the Fed terhadap reksa dana pendapatan tetap harusnya tidak besar.
“Untuk tahun ini, potensi return 2% – 3 % masih dimungkinkan dari pendapatan kupon obligasi,” katanya dalam riset.
Untuk tahun mendatang, lanjutnya, masih ada kemungkinan harga obligasi bisa meningkat seiring penurunan tingkat suku bunga. Target return untuk tahun 2017 untuk reksa dana berbasis pendapatan tetap adalah 7% – 10%.
Dia menilai, yang perlu diwaspadai adalah obligasi berbasis dolar. Berbeda dengan obligasi rupiah yang terkena dampak minimal, efek kenaikan bunga bisa berdampak langsung terhadap obligasi dolar AS. Untuk itu, manajer investasi telah melakukan langkah antisipasi dengan pengelolaan yang lebih aktif.
“Untuk tahun ini, apabila terjadi koreksi 2% – 3% pada reksa dana berbasis dolar bisa digunakan sebagai momentum untuk menambah reksa dana dolar. Untuk tahun 2017, target return daripada Panin Dana USD adalah antara 3% – 5%.”
Sedangkan untuk saham, potensi penurunan harga akibat berita the Fed seharusnya dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan penambahan pada harga yang lebih rendah.
Sebagai acuan, perhitungan harga wajar IHSG 2016 secara fundamental untuk IHSG adalah 5.300 – 5.500 dan jika memperhitungkan sentimen adalah 5.800 – 6.000. Dengan demikian ketika IHSG turun di bawah 5300 sudah bisa dijadikan momentum untuk melakukan pembelian.