Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah di AS terpantau mempertahankan pergerakan positifnya pada perdagangan siang ini, Kamis (18/8/2016), namun di sisi lain patokan Eropa minyak Brent tergelincir dari penguatannya di tengah prospek kenaikan produksi di Arab Saudi.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak September bergerak naik 0,11% atau 0,05 poin ke US$46,84 per barel pada pukul 13.13 WIB, setelah dibuka menguat 0,24% atau 0,11 poin di posisi US$46,90.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Oktober juga melemah 0,22% atau 0,11 poin ke level US$49,74, setelah dibuka turun 0,18% atau 0,09 poin di level 49,76.
Menurut para pedagang, turunnya harga minyak Brent diakibatkan profit taking setelah reli yang kuat bulan ini. Sementara para pedagang juga mempertimbangkan prospek kenaikan produksi dari negara pengekspor Arab Saudi.
Seperti dilansir Reuters hari ini, Arab Saudi mengisyaratkan kemungkinan peningkatan persediaan minyak mentahnya pada Agustus, bahkan lebih tinggi dari pencapaian tertingginya sebesar 10,67 juta barel per hari pada Juli, seiring persiapannya untuk diskusi pembekuan produksi global bulan depan.
Harga minyak Brent nyaris menyentuh US$50 per barel pada sesi perdagangan kemarin, ditopang oleh potensi pembekuan hingga pemangkasan produksi dalam pertemuan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan negara penghasil lainnya seperti Rusia nanti.
Namun, para analis bank AS Citi memperingatkan potensi lain dari dikusi tersebut mengingat pertemuan sebelumnya awal tahun ini yang gagal menghasilkan hasil yang diharapkan.
“Harapan kerja sama OPEC harus diperlakukan dengan hati-hati, karena dapat menggoyahkan reli kenaikan,” paparnya.
Sementara itu, penguatan minyak mentah West Texas Intermediate disebutkan terjadi akibat membanjirnya pemesanan baru pengiriman minyak mentah AS ke Eropa.
Pada perdagangan Rabu (17/8/2016), WTI kontrak September ditutup menguat 0,45% ke level US$46,79 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak Brent patokan Oktober berakhir melonjak 1,26% ke level US$49,85 per barel di ICE Futures Europe Exchange.