Bisnis.com, JAKARTA— Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Senin (25/7/2016) dipengaruhi oleh pertemuan federal open market committee (FOMC) pada pekan ini.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan di tengah investor yang menunggu realisasi tax amnesty, faktor global akan mengambil perhatian lebih dengan semakin mendekatnya FOMC meeting pada pertengahan pekan ini.
Walaupun hampir tidak mungkin fed fund rate (FFR) target untuk naik, spekulasi atas pandangan the Fed bisa mendorong penguatan dolar AS sehingga tekanan pelemahan terhadap rupiah bisa kembali walaupun hanya akan bertahan dalam jangka pendek.
“Pasca FOMC meeting, fokus akan kembali ke realisasi tax amnesty dan rilis inflasi Juli 2016 Senin mendatang,” katanya dalam riset yang diterima, Senin (25/7/2016).
Dia menilai, menurut Blooomberg walaupun peluang kenaikan FFR target di Juli 2016 hanya 8%, spekulasi kenaikan tetap akan ada menjelang FOMC meeting yang akan disimpulkan Kamis. Hal itu biasanya akan meminta indeks dolar yang lebih kuat sehingga sentimen pelemahan berpeluang bertahan di pasar Asia.
Penguatan dolar AS juga bisa dipicu spekulasi pelonggaran BoJ yang juga dijadwalkan minggu ini. Data ekonomi AS dalam sebulan terakhir terlihat membaik tetapi sepertinya belum cukup untuk mengangkat ekspektasi kenaikan terutama dipengaruhi oleh brexit.