Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga emas dan perak terpantau melemah pada perdagangan hari ini, Senin (20/6/2016) di tengah potensi tergerusnya permintaan akan aset-aset yang aman (safe haven assets).
Harga emas Comex kontrak Agustus dibuka turun 0,14% atau 1,80 poin di US$1.293 dan bergerak melemah 0,56% atau 7,20 poin ke posisi US$1.287,60 pada pukul 14.17 WIB.
Harga komoditas tersebut hari ini bahkan sempat anjlok lebih dari 1% menyusul adanya jajak pendapat yang menunjukkan kecenderungan bagi Inggris untuk bertahan di Uni Eropa menjelang referendum 23 Juni mendatang.
Pada perdagangan Jumat (17/6/2016), harga emas kontrak Agustus ditutup dengan pelemahan sebesar 0,28% atau 3,60 poin ke 1.294,80.
Kekhawatiran akan risiko dari kemungkinan hengkangnya Inggris dari UE sebelumnya telah menimbulkan volatilitas yang mendorong baiknya performa aset safe haven, termasuk emas dan perak.
Namun berdasarkan jajak pendapat terbaru yang dilakukan suatu surat kabar Inggris, 45% suara memilih ‘Bertahan’, sementara 42% memilih ‘Keluar’. Pembunuhan anggota parlemen Inggris yang pro-UE, Jo Cox, memicu berkurangnya prediksi kemenangan keluarnya Inggris (Brexit/British Exit).
“(Survey terbaru tersebut) positif setidaknya bagi sentimen risiko, dan itu akan negatif bagi harga emas (dan logam mulia lainnya),” kata Bernard Aw, ahli strategi IG Asia Pte., seperti dikutip dari Bloomberg.
Sejalan dengan emas, pergerakan harga perak kontrak Juli turun tipis 0,06% atau 0,011 poin ke US$17,400 per ounce pada pukul 14.17 WIB, setelah dibuka dengan penguatan 0,28% atau 0,049 poin di posisi 17,460.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur pergerakan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama bergerak melemah 0,61% atau 0,570 poin ke level 93,636 pada pukul 14.17 WIB.
Pergerakan perak di Comex Commodity Exchange untuk kontrak Juli 2016:
Tanggal | US$/ounce | Perubahan |
20/6/2016 (Pk. 14.17 WIB) | 17,400 | -0,06% |
17/6/2016 | 17,411 | -1,11% |
16/6/2016 | 17,607 | +0,59% |
15/6/2016 | 17,503 | +0,45% |
14/6/2016 | 17,424 | -0,11% |
Sumber: Bloomberg