Bisnis.com, JAKARTA--Emiten pertambangan PT Central Omega Resources Tbk. berekspansi dengan memperluas pabrik pemurnian dengan kapasitas produksi hingga 300.000 ton nikel senilai US$350 juta setara dengan Rp4,55 triliun.
Kiki Hamidjaja, Direktur Utama Central Omega Resources, mengatakan perluasan pabrik smelter tahap II akan dilakukan mulai kuartal II/2018. Pembangunan pabrik smelter tahap I diproyeksi rampung akhir tahun ini dan mulai berproduksi pada 2017.
"Pabrik smelter tahap II ditargetkan selesai 2019. Investasi mencapai US$350 juta dengan power plant 150 Megawatt dan menelan dana US$150 juta," katanya dalam paparan publik, Selasa (14/6/2016).
Dana perluasan pabrik smelter tahap II itu bakal dirogoh dari kantong internal sebanyak 30%. Sisanya, sebesar 70% akan diperoleh dari pinjaman perbankan, yang akan dipimpin oleh PT Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Indonesia Eximbank.
Modal perluasan pabrik smelter akan diperoleh dari usaha patungan sebesar US$100 juta. Joint venture akan dilakukan perseroan bersama dengan perusahaan asal China, Macrolink Group, dengan porsi 60%:40%.
"Jika dana tidak mencukupi, bisa melakukan rights issue atau obligasi dan pinjaman perbankan. Kami lihat perkembangan," tuturnya.
Pembangunan pabrik smelter tahap I dengan investasi senilai US$90 juta telah dinanai oleh Indonesia Eximbank. Saat ini, progres pembangunan telah mencapai 80% dengan investasi terserap sebesar US$70 juta.
Direktur Keuangan Central Omega Resources Feni Silviani Budiman menambahkan produksi nikel yang dimurnikan di dalam pabrik smelter perseroan baru akan dimulai pada 2017. Targetnya, emiten bersandi saham DKFT itu akan memproduksi 72.500 ton nikel pada tahun depan dan 100.000 ton pada 2018.
Akibat adanya larangan ekspor produk mentah oleh pemerintah, Central Omega selama dua tahun terakhir tidak memperoleh pendapatan. Namun, setelah pembangunan pabrik smelter rampung, perseroan memproyeksi penjualan dapat mencapai
Tahun depan, penjualan ditargetkan mencapai Rp861,3 miliar dan Rp1,35 triliun pada 2018. Laba bersih ditargetkan dapat mencapai Rp179,32 miliar pada 2017 dan Rp258,76 pada 2018.