Bisnis.com, JAKARTA—Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi imbal hasil surat utang negara (SUN) bisa turun hari ini seiring memudarnya perhatian pasar akan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Juni ini.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan imbal hasil global turun drastis dan di saat yang bersamaan dollar index melemah signifikan pasca data serapan tenaga kerja AS yang turun jauh di bawah perkiraan. Imbal hasil US Treasury mengalami penurunan terdalam di antara obligasi global setelah sebelumnya sempat mendekati 2% yang tenor 10 tahun.
Obligasi Jerman Bund juga hingga akhir pekan lalu yang tenor 10 tahun turun hingga di bawah 1% – selain faktor data AS, pernyataan Draghi yang dovish juga menekan imbal hasil di seantero Zona Euro.
Dari domestik, pasca meredanya sentimen negatif dari S&P yang tidak memberikan peringkat layak investasi kepada Indonesia, optimisme mulai kembali di pasar SUN dan diperkirakan bertahan hingga minggu ini. Di luar faktor S&P, berita domestik hampir seluruhnya positif: inflasi rendah, pelonggaran moneter BI hingga ketidakpastian tax amnesty yang berkurang.
Dengan imbal hasil US Treasury yang tekoreksi, selisih imbal hasil SUN 10 tahun dan inflasi yang 450 bps seharusnya bisa terkoreksi lagi.
“Perlu diwaspadai volatilitas yang akan meningkat kembali menjelang FOMC meeting awal pekan depan, walaupun data AS gagal mengkonfirmasi ekspektasi kenaikan FFR target, sampai dengan saat ini komentar pejabat the Fed masih menginginkan pengetatan moneter dilakukan dalam waktu dekat,” katanya dalam riset, Senin (6/6/2016).