Bisnis.com, JAKARTA — Harga surat utang negara (SUN) masih akan bergerak bervariasi menjelang rilis data inflasi Mei 2016.
Analis fixed income PT MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan konsensus analis memperkirakan bahwa di bulan Mei 2016 terjadi inflasi sebesar 0,20% (MoM) dengan inflasi tahunan sebesar 3,30%. Adapun pada April 2016, terjadi deflasi sebesar 0,45% dengan inflasi tahunan sebesar 3,60%.
“Sementara, dalam dua bulan kedepan tekanan inflasi akan meningkat seiring dengan siklus tahunan puasa dan lebaran,” kata Made dalam risetnya, Rabu (1/6/2016).
Adapun dari pasar surat utang global, imbal hasil surat utang global cenderung mengalami penurunan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 1,84% setelah sempet menyentuh level 1,89% yang merupakan level tertingginya sejak akhir April 2016. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) ditutup turun pada level 0,14% setelah sempat menyentuh level 0,186% pada perdagangan kemarin.
Sedangkan, imbal hasil dari surat utang Jepang juga mengalami penurunan pada posisi -0,12%. “Pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami penurunan akan kami perkirakan akan berdampak positif terhadap pergerakan harga SUN dengan denominasi mata uang asing.”
Sementara itu secara teknikal, harga SUN masuk pada area konsolidasi, sehingga pergerakan harga akan terbatas dengan arah pergerakan yang cenderung mendatar (sideways). Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga SUN di pasar sekunder.
“Dengan masih berfluktuasinya pergerakan harga SUN hingga menjelang pelaksanaan RDG Bank Sentral Amerika pada pertengahan bulan Juni 2016 mendatang, maka kami menyarankan untuk melakukan strategi trading jangka pendek,” tambahnya.
Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, disarankan untuk melakukan pembelian secara bertahap apabila harga SUN kembali mengalami penurunan (BUY on Weakness).