Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja pasar saham dan obligasi memang sulit ditebak hingga kuartal I/2016 ini. Meski demikian, investasi harus tetap berlanjut. Lantas, manakah jenis investasi yang paling aman dan menguntungkan untuk saat ini?
Presiden Direktur PT Asanusa Asser Management Siswa Rizali mengatakan pada akhir 2015 dan awal 2016, dia sempat merekomendasikan untuk lebih memilih surat utang negara (SUN) dibandingkan dengan saham untuk investasi 2016. Menurutnya, di tengah ekspetasi negatif ekonomi, yield SUN daoat memberikan proteksi bagi investor, bila gejolak ekonomi benar berlanjut. Sementara, bila ekonomi membaik SUN bertenor panjang dapat memberikan potensi capital gain sehingga total return bisa 15% per tahun seperti saat rally awal 2015.
Dia menilai, rekomendasinya terbukti dengan melihat kinerja indeks SUN (data HSBC) yang memang konsisten di atas kinerja IHSG. Per akhir April, kinerja tahun berjalan indeks SUN mencapai 11,1%, sedangkan IHSG hanya mencapai 5,9%.
“Kinerja SUN ini didorong oleh kenaikan harga skeitar 8,3% dan sisanya dari akumulasi kupon (2,8%). Bahkan kinerja SUN tenor panjang jauh lebih tinggi lagi, dimana SUN Tenor 20-tahun memperoleh return 13.4%, jauh diatas kinerja IHSG yang naik 5,9%,” kata Siswa melalui pesan elektroniknya kepada Bsinis.com, Selasa (3/5/2016).
Menurutnya, banyak investor melihat kinerja SUN yang baik tersebut karena adanya aturan POJK NO 1/2016 yang mengharuskan Lembaga Keuangan Non Bank melakukan investasi di SUN. “Itu memang pengaruh, tetapi faktor yang lebih dominan adalah perkembangan ekonomi global,” tambahnya.
Pertumbuhan ekonomi 2016 memang jauh dibawah pertumbuhan ekonomi dunia tahun pemulihan 2010 dan 2011 yang mencapai 5,4% dan 4,2%. Sejak 2012, pertumbuhan ekonomi global rata-rata berkisar di 3,4% dan pada tahun 2015 hanya 3,1%. Inflasi global juga relatif sangat rendah, dimana negara-negara maju diperkirakan mengalami inflasi dibawah 1% dan negara Emerging Market sekitar 5,6% pada tahun ini.
Dalam kondisi bursa yang bergejolak, ekonomi makro global yang lemah, dan inflasi rendah, salah satu strategi investasi terbaik adalah membeli obligasi. Bila pertumbuhan ekonomi global stagnan dan inflasi rendah, obligasi tenor panjang selain memberikan imbal hasil investasi berupa kupon yang tetap, juga berpeluang mengalami kenaikan harga (capital gain).
Namun, peluang investasi di saham tetap terbuka bila terjadi koreksi tajam akibat perubahan persepsi dan sentimen investor atas perlambatan ekonomi global. Pada saat bursa bergejolak, harga-harga saham menjadi lebih murah (value effect) sehingga memiliki potensi return lebih tinggi kedepannya.
“Karena itu dalam kondisi bursa saham yang terus bergejolak seperti sepanjang 2013-2016, reksa dana campuran memberikan peluang investasi yang lebih baik,” jelasnya.
Hal ini dikarenakan reksadana rampuran lebih fleksibel dalam melakukan perubahan alokasi aset taktis, sehingga potensi return lebih tinggi dengan risiko yang lebih rendah. Bahkan dengan strategi yang tepat, kinerja reksa dana campuran bisa lebih baik daripada kinerja IHSG.