Bisnis.com, JAKARTA - PT Millenium Pharmacon International Tbk. tahun ini menargetkan kontribusi pendapatan bersih dari program Jaminan Kesehatan Nasional sebesar 3% terhadap total revenue yang diproyeksikan tumbuh hingga 20%.
Direktur Utama Millenium Pharmacon International Mohamad Muhazni bin Mukhtar, mengatakan tahun lalu kontribusi pendapatan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hanya sebesar 2%.
Merujuk laporan keuangan emiten bersandi saham SDPC tersebut pada 2015 mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp1,71 triliun. Artinya, tahun lalu perseroan kecipratan tuah JKN sekitar Rp34,15 miliar.
Jika tahun ini target pertumbuhan penjualan bersih SDPC tercapai, revenue pada 2016 ditaksir mencapai sekitar Rp2,04 triliun. Dengan demikian pendapatan dari JKN yang dibidik sekitar Rp61,47 miliar.
“Program JKN melalui BPJS ini akan berkembang terus dan menjadi lebih baik karena mau periksa kesehatan jika ingin dijamin pemerintah harus lewat program ini,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Tahun lalu SDPC mendistribusikan kurang dari 10 jenis obat generik untuk program JKN. Tahun ini, Mohazni mengklaim jumlahnya akan tumbuh karena beberapa rekan prinsipal perseroan masuk dengan menawarkan produk berbeda.
Meski hanya sebagai distributor produk farmasi, Muhazni mengakui jika program JKN sangat menggiurkan. Apa lagi program tersebut digadang-gadang memiliki prospek cemerlang secara jangka panjang.
Dari catatan Bisnis, jumlah peserta BPJS yang di-cover oleh JKN sampai akhir 2015 berada pada kisaran 152,3 juta jiwa atasu sekitar 60% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 255,7 juta jiwa. Di sisi lain, pemerintah menargetkan per 1 Januari 2019 seluruh rakyat Indonesia wajib menjadi peserta JKN.
Menurutnya, untuk melakukan’penetrasi’ pada program JKN pihaknya mengandalkan produsen farmasi PT Errita Pharma yang berkedudukan di Bandung, Jawa Barat. Pabrikan obat tersebut dikenal memiliki portofolio produk yang variatif baik di sektor obat bermerek maupun obat resep.
Sebagai gambaran, PT Errita Pharma merupakan sister company dari SDPC. Seluruh saham pabrik obat tersebut telah diakuisisi perusahaan asal Malaysia, Pharmaniaga International Corporation Sdn. Bhd. Perseroan asal Negeri Jiran itu merupakan pemilik mayoritas dari saham SDPV.
“Errita memang membantu SDPC untuk penetrasi di JKN karena masih satu induk. Tapi kami pun meminta prinsipal lain yang produknya kami distribusikan untuk menyasar JKN dengan ketentuan mencantumkan nama perusahaan kami,” ujarnya.