Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RIGHTS ISSUE RMBA: Bentoel Cari Dana Rp16,2 Triliun, Untuk Apa?

Perusahaan rokok PT Bentoel Internasional Investama Tbk. berencana menerbitkan 36,84 miliar lembar saham baru melalui mekanisme rights issue dengan proyeksi perolehan dana Rp16,2 triliun. Untuk apakah dana sebesar itu? Simak komentar analis.
Ilustrasi kegiatan di pabrik rokok/Antara
Ilustrasi kegiatan di pabrik rokok/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rokok PT Bentoel Internasional Investama Tbk. berencana menerbitkan 36,84 miliar lembar saham baru melalui mekanisme rights issue dengan proyeksi perolehan dana Rp16,2 triliun. 

Head of Equity PT Lautandhana Securindo Sanny Gunawan menilai dana hasil rights issue bila lebih dari 50% digunakan untuk pembayaran utang, terbilang tidak baik bagi perseroan. Perseroan juga harus memberikan catatan pemberian dividen selama lima tahun berturut-turut.

"RMBA menggelar rights issue akan ada perbaikan atau tidak. Saya lihat tidak baik, karena untuk membayar utang," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (14/4/2016).

Untuk menentukan harga eksekusi rights issue, perlu dihitung rasio pemegang saham untuk memperoleh hak memesan efek terlebih dahulu. Kemudian, harga saham rerata selama 25 hari kerja bakal menentukan eksekusi pelepasan rights issue.

Prospek emiten rokok, katanya, dinilai memiliki ruang ekspansi yang cukup ketat. Pasalnya, dominasi masih digenggam oleh PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP).

Penawaran umum terbatas III (PUT) bakal digelar dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Saham baru yang akan diterbitkan akan memiliki nominal Rp50 per lembar.

Keseluruhan dana dari hasil PUT III akan digunakan untuk mengurangi utang perseroan kepada Rothmans Far East B.V., dan keperluan usaha perseroan lainnya.

Manajemen emiten berkode saham RMBA itu berencana meningkatkan modal dasar dari Rp1,07 triliun dengan 21,54 miliar lembar saham menjadi Rp5,5 triliun sebesar 110 miliar lembar saham.

Pinjaman dari Rothmans Far East B.V. diperoleh pada 2013 tanpa agunan dengan nilai Rp5,3 triliun. Pada 2014, perseroan telah mencairkan pinjaman tersebut dengan tingkat bunga mengambang 6 bulan JIBOR + 2,7% per tahun.

Fasilitas dan pinjaman ini berlaku hingga 29 Agustus 2016 dan telah diperpanjang sampai dengan 30 Juni 2018 berdasarkan perjanjian perubahan pada 24 Februari 2015.

Saat yang sama, perseroan juga memperoleh fasilitas pinjaman subordinasi jangka panjang dari Rothmans Far East B.V. senilai Rp6,7 triliun. Utang itu digunakan untuk mengurangi jumlah pinjaman jangka pendek dan modal kerja.

Fasilitas pinjaman tersebut dikenakan tingkat bunga mengambang 6 bulan JOBOR + 3,75% per tahun. Utang tersebut jatuh tempo pada 30 Juni 2018. Pada akhir tahun lalu, seluruh fasilitas pinjaman telah dicairkan.

Akan tetapi, pada 23 Desember 2015, manajemen RMBA meneken amandemen perjanjian atas pinjaman jangka panjang dari Rothmans Far East B.V., dengan perubahan suku bunga menjadi 0% berlaku efektif pada awal tahun ini.

Hingga akhir tahun lalu, pinjaman bank jangka pendek Bentoel Internasional mencapai Rp1,26 triliun, lebih rendah 62% dari sebelumnya Rp3,35 triliun. Pinjaman jangka panjang membengkak 126% menjadi Rp12 triliun dari Rp5,3 triliun.

Meski menipis 27%, perseroan masih menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp1,63 triliun pada 2015 dari Rp2,25 triliun. Pendapatan yang diraup perseroan meningkat 16% menjadi Rp16,81 triliun dari Rp14,48 triliun.

Per 31 Desember 2015, pemegang saham Bentoel Internasional terdiri dari British American Tobacco sebanyak 85,55%, United Bank of Switzerland AG sebesar 13,41%, dan publik 1,04%.

Pada perdagangan Kamis (14/4/2016), saham RMBA tercatat menanjak 1,12% sebesar 5 poin ke level Rp450 per lembar. Selama setahun, return saham RMBA negatif 20,35% dan minus 11,76% year-to-date dengan kapitalisasi pasar Rp3,25 triliun.

Bila menggunakan harga saham sekarang Rp450 per lembar, perseroan bakal menerbitkan saham baru 36,84 miliar lembar, maka perolehan dana diproyeksi dapat mencapai Rp16,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper