Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak bergerak flat di penutupan setelah sempat menguat hingga 4,1% terdorong kenaikan aktivitas penyulingan di Amerika Serikat.
Kontrak WTI diperdagangkan naik 0,1% ke US$38,32 per barel pada penutupan perdagangan Rabu atau kamis pagi WIB, sedangkan Brent menguat 0,31% ke US$39,26 per barel.
Depresiasi dolar AS dan kenaikan aktivitas penyulingan minyak di Amerika Serikat sempat mendongkrak WTI hingga 4,1% ke US$39,85 per barel di perdagangan intraday. Kilang refinery Negeri Paman Sam biasanya meningkatkan operasi pada April mengantisipasi puncak konsumsi BBM di musim panas.
Badan Informasi Energi AS menyatakan 90,4% dari kapasitas total kilang penyulingan minyak di AS telah dioperasikan per 25 Maret 2016, naik 2% hanya dalam seminggu.
“Pasar akan melihat utilisasi sektor penyulingan di AS terus meningkat. Penurunan stok minyak mentah mulai akan terlihat dalam beberapa minggu ke depan,” kata Kyle Cooper dari IAF Advisors & Cypress Energy Capital kepada Bloomberg.
Stok bensin di AS merosot selama 6 minggu beruntun setelah pekan lalu membukukan penurunan 2,51 juta barel. Persediaan BBM non-bensin, termasuk diesel, turun 1,08 juta barel per minggu lalu.
Penurunan stok didorong oleh kenaikan 0,3% pada permintaan atas bensin menjadi 9,4 juta barel per hari per 25 Maret 2016, level tertinggi sejak Agustus dan naik 5% year on year.
Produksi minyak AS turun 16.000 barel per hari menjadi 9,02 juta barel, output paling sedikit sejak November 2014. Citigroup memperkirakan output minyak AS bisa turun hingga 8,5 juta barel per hari pada akhir 2016.
Namun, laju depresiasi dolar yang mereda menjelang akhir perdagangan di bursa komoditas New York memangkas laju kenaikan harga minyak. Indeks dolar turun hingga 0,6% saat harga minyak mencapai puncak di perdagangan intraday kemudian mengurangi depresiasi menjadi 0,34% ke level 94,836 pada pukul 04.43 WIB.