Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan produksi alumunium sepanjang 2016 menyebabkan harga komoditas tersebut rentan terkoreksi akibat suplai global yang melebihi tingkat permintaan. Namun, naiknya permintaan China dipercaya menjadi suatu sentimen positif.
Data International Aluminium Institute (IAI) menunjukkan, produksi alumunium pada dua bulan pertama 2016 naik 3,7% atau melanjutkan peningkatan sekitar 2,5% di tahun lalu. Periode Februari memperlihatkan suplai melonjak menjadi 25,51 juta ton.
Walaupun pasokan melompat, harga masih terbilang positif karena masih berada di atas level terendah dalam 6 tahun terakhir seperti pada November 2015 lalu. Pada perdagangan Jumat (25/3/2016), harga alumunium London Metal Exchange menuju ke 1.475,5 per ton, turun 4 poin atau 0,27%.
Saat ini, China masih memegang peranan penting dalam menyeimbangkan pasar alumunium global yang dilanda suplai berlebihan. Ekspor logam tersebut dari Negeri Panda sudah menurun dalam bulan-bulan pertama 2016.
Namun, dengan pengiriman sebanyak 590.000 ton, besarnya jumlah produk tetap membanjiri pasar global. Pasalnya, negara lain tetap memacu produksi.
Sementara itu, Bank Dunia menyebutkan, total produksi bauksit 2014 mencapai 255,5 juta ton. Angka tersebut turun drastis dari tahun sebelumnya sebesar 295,62 juta ton.
Adapun tingkat produksi penyulingan dunia pada 2014 berjumlah 50,05 juta ton dengan level permintaan sebanyak 50,267 juta ton. Sedangkan sepanjang tahun lalu harga terkoreksi 6%.
Dengan membaiknya pasar China, Bank Dunia memperkirakan harga alumunium menuju keseimbangan pada 2016.