Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku pasar mulai memburu saham PT Express Trasindo Utama Tbk. (TAXI) dan PT Blue Bird Tbk. (BIRD) dalam sepekan terakhir, setelah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta Kementerian Kominfo untuk memblokir aplikasi taksi daring.
Ignasius Jonan melayangkan surat kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pada Senin (14/3/2016) sebagai permohonan pemblokiran terhadap aplikasi UberTaksi dan GrabCar.
Dalam Surat Nomor AJ 206/1/1 PHB 2016, Jonan menilai Uber Asia Limited (Uber Taksi) dan PT Solusi Transportasi Indonesia (GrabCar) telah melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dan peraturan turunannya.
Tercantum bahwa Kemenhub meminta aplikasi Uber untuk diblokir dan dilarang beroperasi di bidang penawaran jasa pelayanan transportasi oleh Kemenkominfo.
Sedangkan, Jonan meminta Kemenkominfo untuk memblokir GrabCar lantaran mengoperasikan kendaraan pelat hitam atau pribadi atau rental yang belum berstatus sebagai perusahaan angkutan umum.
Sejak saat itu, saham dua perusahaan pengelola taksi Express Trasindo Utama dan Blue Bird pun ngebut. Tercatat, saham TAXI melesat 40,36% ke level Rp233 per lembar, dan BIRD melompat 6,19% ke Rp6.400 per lembar, dalam sepekan terakhir.
Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) dan Forum Komunikasi Masyarakat Penyelenggara Angkutan Umum (FK MPAU) menggelar unjuk rasa dan mogok massal pada hari ini (22/3/2016). Sedianya, aksi unjuk rasa tersebut digelar kemarin (21/3/2016).
Bila ditelisik lebih jauh, harga saham TAXI tidak hanya melesat dalam sepekan terakhir.
Emiten milik taipan Peter Sondakh itu menjadi salah satu dari 10 saham top leaders sejak awal tahun dengan lonjakan 121,9%.
Bahkan, dalam sebulan terakhir, saham TAXI meroket 117,76%.
Saham TAXI memang kembali diperdagangkan di lantai bursa pada Kamis (17/3/2016), setelah hari sebelumnya disuspensi lantaran melonjak tajam.
Tidak hanya TAXI, dua saham emiten milik Peter Sondakh juga melejit sepanjang tahun berjalan.
Dua emiten itu adalah PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT), dan PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META).
Saham BWPT melonjak 101,45% ke level Rp278 per lembar dan META naik 66,22% ke level Rp123 per lembar year-to-date.
Saham TAXI dan BWPT menempati posisi top leaders, sedangkan META terlempar setelah sebelumnya juga melonjak tertinggi di lantai bursa.
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai pergerakan harga saham dipengaruhi banyak faktor, termasuk aksi korporasi dan rumor.
Saham-saham yang melonjak dinilai dapat dikoleksi oleh trader untuk perdagangan, bukan untuk investasi jangka panjang.
Sentimen seperti rencana pembelian TAXI oleh investor asal Spanyol hingga asumsi keuntungan yang bakal diraih emiten bila aplikasi taksi online dibekukan, menjadi acuan bagi pelaku pasar untuk membeli sebuah saham.
"Kalau buat investasi pertumbuhan pendapatan itu penting. Saham-saham seperti ini meragukan hanya terbatas akan dibeli oleh siapa, rumor yang tidak masuk akal," katanya kepada Bisnis.
Lonjakan harga saham-saham ketiga emiten milik Peter Sondakh itu dinilai bukan dipengaruhi oleh sentimen fundamental.
Kecuali, saham BWPT yang memang harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mulai rebound dan berdampak pada kenaikan harga saham emiten CPO.
Dia menjelaskan, rumor-rumor yang ada di lantai bursa dapat membuat volatilitas harga saham.
Namun, PT Bursa Efek Indonesia sebagai otoritas pasar modal dinilai tidak menjadi wasit yang tegas dan hanya memasukkan ke dalam kategori unusual market activity (UMA).
"Volatile saham seperti itu hanya bergantung pada supply and demand. Sudah cenderung merugikan investor ritel," katanya.
Secara terpisah, analis PT Reliance Securities Tbk. Lanjar Nafi menilai pergerakan saham-saham yang tinggi, terutama pada Grup Rajawali, tidak dapat dibaca secara teknikal.
Lonjakan harga terjadi lantaran adanya rumor dan rencana aksi korporasi secara fundamental.
Secara fundamental, katanya, saham-saham yang melonjak sudah memiliki rasio harga saham terhadap laba (price to earning ratio/PE) yang tidak murah.
Kinerja fundamental juga tidak menunjukkan peningkatan yang fantastis.
"Harga-harga sekarang ini memang naiknya sudah signifikan, sudah cukup tinggi. Beberapa saham yang naiknya drastis itu cukup menembus resistance.Beberapa saham trennya bearish," kata dia.
Pergerakan harga saham yang terus melonjak, sambungnya, bakal terjadi koreksi secara teknikal. Harga saham sejumlah emiten memang terbilang cukup mahal di pasaran.