Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menembus US$40 barel di New York, terdorong kebijakan moneter longgar yang diterapkan bank sentral global.
Minyak jenis WTI diperdagangkan menguat 4,89% ke US$40,34 per barel pada pukul 03.59 WIB, untuk pertama kalinya menguat ke atas US$40 per barel sejak Desember. Adapun Brent bergerak menguat 2,65% ke US$41,40 per barel di bursa komoditas London.
“Ini adalah reli yang kuat dengan kembalinya ‘uang gampang’ sebagai katalis utama. Pengumuman The Fed kemarin adalah sinyal terbaru bank sentral terus mengucurkan stimulus. Ini menekan pergerakan dolar yang kemudian mendorong harga komoditas,” kata John Kilduff dari Again Capital LLC kepada Bloomberg.
Pernyataan hasil rapat FOMC kemarin mengindikasikan laju pengetatan moneter di Amerika Serikat akan berjalan lebih lambat, melalui dua kali penaikan suku bunga pada 2016. Indeks dolar telah jatuh 1,15% ke level 94,795 pada pukul 04.48 WIB, level terendah sejak Oktober 2015.
Nilai tukar dolar yang lebih rendah membuat aset di bursa komoditas AS lebih menarik bagi investor global. Indeks komoditas Bloomberg, yang mengukur pergerakan 22 kontrak komoditas, menguat 2,2% ke level tertinggi sejak Desember.
Produksi minyak di Negeri Paman Sam turun 10.000 barel per hari menjadi 9,07 juta barel per hari yaitu level terendah sejak November 2014. Jumlah pengeboran minyak yang beroperasi di AS per pekan lalu hanya 386 unit, paling sedikit sejak Desember 2009.
Sementara itu, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi memastikan negara produsen minyak terbesar dunia tersebut akan ikut serta dalam pertemuan di Doha bulan depan.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pasar minyak mentah global bisa stabil selama 6—9 bulan jika kesepakatan pembekuan pertumbuhan produksi minyak mentah tercapai di Doha.