Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA AS: Wall Street Flat, Inflasi Inti AS Kokoh

Indeks Dow Jones melemah 0,13% atau 21,44 poin ke level 16.391,99 pada penutupan perdagangan Jumat (19/2/2016), sedangkan Standard & Poors 500 berakhir melemah kurang dari 0,01% ke level 1.917,78.
Bursa AS./Reuters
Bursa AS./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks bursa saham Amerika Serikat bergerak flat di akhir pekan, terhimpit dorongan penguatan saham konsumer dan pelemahan saham dari sektor komoditas.

Indeks Dow Jones melemah 0,13% atau 21,44 poin ke level 16.391,99 pada penutupan perdagangan Jumat (19/2/2016), sedangkan Standard & Poor’s 500 berakhir melemah kurang dari 0,01% ke level 1.917,78.

Pergerakan harga minyak yang pada Januari memukul pergerakan saham global, dampaknya kini hanya terbatas pada saham energi dan komoditas. Kontrak minyak WTI merosot 3,67% ke US$29,64 per barel pada penutupan akhir pekan di bursa komoditas New York.

“Situasi pada harga minyak sebetulnya hanya masalah suplai. Permintaan atas energi masih kokoh secara global. Saya rasa investor harus fokus pada data itu dan beralih dari pemikiran harga minyak rendah menandakan ada masalah di semua sisi,” kata Rob Lutts dari Cabot Wealth Management Inc kepada Bloomberg.

Applied Materials, perusahaan penyedia infrastruktur bagi produsen semi-konduktor, memimpin sektor teknologi dengan lonjakan 7,1% setelah memproyeksikan penjualan awal 2016 melebihi proyeksi pasar. Amazon Inc adalah pendorong utama sektor konsumer dengan kenaikan 1,9%. Adapun saham Boeing Co rebound 2,1% setelah lima hari merosot ditopang pelemahan harga minyak.

Sementara itu, data indeks konsumen yang diumumkan setelah penutupan pasar saham menunjukkan inflasi inti Amerika Serikat pada Januari mencapai 0,3% atau kenaikan harga tertajam sejak Agustus 2011. Adapun angka inflasi umum stagnan di bulan pertama 2016.

Laju inflasi inti tersebut meningkatkan spekulasi kenaikan suku bunga The Fed pada 2016. Probabilitas kenaikan Fed Fund Rate pada Juni naik dari 17% menjadi 24%, sedangkan investor yang berspekulasi pengetatan moneter akan dilakukan pada Desember naik dari 37% menjadi 44%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper