Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street meneruskan penguatan di saat dolar Amerika Serikat semakin tertekan. Pemerintah batal merevisi negatif target pajak, mengincar pertumbuhan pendapatan pajak sebesar 22,07% pada 2016.
Bursa Global. Saham pertambangan memicu penguatan di Wall Street, sedangkan bursa Eropa tertekan penurunan tajam Credit Suisse. Dow Jones naik 0,49%, S&P 500 menguat 0,15%, adapun STOXX 600 turun 0,2%.
Harga Minyak. Harga minyak terkoreksi setelah kemarin menguat tajam terpicu pelemahan dolar. WTI turun 1,67% ke US$31,74 per barel pada pukul 04.47 WIB, sedangkan Brent melemah 1,6% ke US$34,48 per barel.
Kurs Dolar. Data produktivitas tenaga kerja AS menambah tekanan terhadap dolar. Indeks Dolar AS turun 0,77% ke level 96,540 pada pukul 05.05 WIB. Penurunan tajam dalam dua hari terakhir membuat dolar merosot 2,12% sepanjang 2016.
Data Ekonomi AS. Pesanan produk manufaktur AS turun 2,9% pada Desember, penurunan paling tajam sejak Desember 2014. Pengajuan tunjangan pengangguran AS pekan lalu naik 8.000 aplikasi menjadi 285.000 aplikasi pada pekan terakhir Januari.
Proyeksi Ekonomi Eropa. Komisi Uni Eropa memperkirakan ekonomi Zona Euro hanya tumbuh 1,7% pada 2016, merevisi proyeksi pertumbuhan 1,8% yang dirilis tahun lalu. Adapun tingkat inflasi rata-rata diprediksi sebesar 0,5% pada tahun ini.
Ekspor Karet. Indonesia, Malaysia dan Thailand sepakat memangkas ekspor karet sebanyak 615.000 ton dalam 6 bulan ke depan. Ekspor karet Indonesia akan dikurangi sebesar 238.736 ton.
Target Pajak. Pemerintah mempertahankan target pajak Rp1.360,2 triliun dalam APBN 2016, naik 22,07% dari realiasi 2015. Kementerian Keuangan sebelumnya memberikan sinyal target pajak akan direvisi untuk mengakomodasi potensi perlambatan ekonomi.
Lahan Riau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Ketuhanan membebaskan 1,6 juta hektare kawasan hutan di Provinsi Riau, lebih rendah dari permintaan pembebasan 2,7 hektare yang diajukan Pemprov Riau.