Bisnis.com, JAKARTA-Bank Indonesia menyatakan sumbangan terbesar dari peredaran uang tidak layak berasal dari daerah terpencil.
Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Suhaedi menuturkan wilayah terpencil kebanyakan belum tersedia sarana perbankan. Bank umum diperbolehkan untuk menerima uang setoran dari masyarakat dengan kategori tidak layak.
Uang tersebut kemudian disetorkan ke Bank Indonesia dan diracik menjadi uang yang lebih layak. Dia menambahkan BI telah melakukan kerjasama dengan kapal perintis milik PT Pelayaran Nasional Indonesia dan maskapai penerbangan perintis untuk menjangkau wilayah tersebut.
"Daerah kepulauan tingkat kelusuhannya sudah sangat tinggi. Kita juga melakukan perluasan daerah kita buka kantor-kantor kas titipan dan kas keliling," katanya, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Dia berharap semakin banyak masyarakat yang mau menukarkan uang yang sudah lusuh dan rusak ke kantor pusat atau perwakilan BI sehingga uang yang beredar semakin baik kualitasnya. Selain itu, masyarakat diimbau untuk merawat uang kertas yang baik dengan tidak melipat, mencoret, dan melubangi.
"Syarat penukaran itu yang ditukar uang asli, kalau rusak yang tersisa minimal 2/3, nomor serinya masih ada. Nanti diganti penuh," ujarnya.
Bank Indonesia mencatatkan peningkatan jumlah pemusnahan uang kertas sepanjang 2015 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 13,89%. Pada 2015, sebangak 5,92 miliar bilyet atau lembar dengan total nominal Rp160,25 triliun, sementara pada 2014 terdapat 5,19 miliar bilyet atau Rp111,7 triliun.
Pecahan uang kertas yang terbanyak dimusnahkan berasal dari nominal uang Rp2.000 dengan total 1,4 miliar bilyet, disusul pecahan Rp50.000 sebanyak 1,29 miliar lembar.
Berikutnya, nominal Rp5.000 menjadi uang kertas yang juga banyak dimusnahkan dengan total 1,08 miliar bilyet.