Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen negatif yang kembali ke Wall Street memicu aksi jual saham di bursa AS dan membuat yield US Treasury merosot tajam.
Indeks Dow Jones merosot lebih dari 295 poin atau 1,8% ke level 16.153,54 pada penutupan perdagangan Rabu (2/2/2016), sedangkan indeks Standard & Poor’s turun 1,87% ke level 1.903,03.
Harga minyak yang kembali tertekan dan data ekonomi global yang kurang memuaskan membuat investor menarik diri dari pasar menghindari risiko perlambatan ekonomi.
“Kita kembali ke apa yang terjadi di awal tahun. Tingkat risk aversion pada Januari sangat tinggi. Jumat adalah reli sesaat, sentimen (negatif) sebetulnya belum berbalik arah,” kata Omar Aguilar dari Charles Schwab di San Fransisco kepada Bloomberg.
Harga minyak meneruskan pelemahan tajam setelah reli dua pekan. Minyak WTI diperdagangkan di bawah US$30 per barel, merosot 5,5% ke US$29,88 per barel pada pukul 04.08 WIB. Brent turun 4,7% ke US$32,63 per barel.
Indikasi investor mencari aman tampak dari pergerakan perdagangan obligasi pemerintah AS atau US Treasury. Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun merosot menembus 1,86%
Lebih dari 100 anggota indeks S&P 500 akan mengumumkan laporan keuangan pekan ini. Analis memperkirakan laba emiten di Wall Street turun 5,6% pada kuartal IV/2015, lebih optimistis dibandingkan penurunan 7% pada perkiraan sebelumnya.
Saham energi dan perbankan memimpin pelemahan Wall Street. Saham unit perbankan Goldman Sachs anjlok 5%, penurunan paling tajam sejak 2012. Exxon Mobil turun 2,2% setelah melaporkan penurunan laba lima kuartal berturut-turut, sedangkan saham Schlumberger meroost 3,7%. Saham Alphabet, induk usaha Google, menguat 1,3%.