Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (19/1/2016) menyoroti rilis data pertumbuhan ekonomi China.
“Fokus pagi ini ada di PDB Tiongkok, yang jika buruk bisa mempertahankan sentimen pelemahan rupiah, “ kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (19/1/2016).
Rangga mengatakan pagi ini ditunggu data PDB China kuartal IV/2015, yang diperkirakan stabil di kisaran 6,8—6,9% YoY.
“Angka di bawah itu bisa memicu aksi jual di Asia. Inflasi Zona Euro ditunggu sore nanti. Penurunan inflasi akan memengaruhi sentimen menjelang ECB meeting Kamis esok,” kata Rangga.
Pasar uang juga menyoroti harga minyak.
Harga minyak, ujarnya, masih melanjutkan penurunannya hingga pagi ini. Diikuti oleh penurunan imbal hasil obligasi di berbagai negara.
“Pernyataan OPEC yang memperkirakan pasokan minyak akan lebih rendah dari perkiraan awal, sama sekali tidak memengaruhi tren penurunan harga minyak yang menajam, setelah rencana Iran menggenjot ekspor minyaknya pasca pengangkatan sanksi,” kata Rangga.
Dari dalam negeri, rupiah melemah semenjak pembukaan Senin, sejalan dengan pelemahan harga komoditas serta IHSG. Akan tetapi menjelang penutupan rupiah berhasil ditutup menguat tipis, bersamaan dengan penguatan kurs lain di Asia.
“Secara umum pelemahan harga komoditas akan menekan rupiah. Dan jika penurunan harga minyak mengurangi kemampuan belanja pemerintah untuk mendorong pertumbuhan, pelemahan rupiah bisa menajam,” kata Rangga.