Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Senin (18/1/2016) makin menyoroti pergerakan harga komoditas.
“Potensi pelemahan rupiah terbuka, melihat harga komoditas yang lemah, yang akan semakin menekan potensi pendapatan ekspor, “ kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (18/1/2016).
Dikemukakan harga minyak Brent anjlok 10,7%, menyusul rencana Iran yang ingin meningkatkan ekspor minyaknya, selepas diangkatnya pelarangan ekspor.
Hal itu memicu penurunan indeks S&P 500 di bursa Amerika Serikat, serta imbal hasil global - imbal hasil US Treasury 10 tahun bahkan sudah mendekati 2% pasca kenaikan FFR target.
“Secara umum indeks dolar index seharusnya akan menguat jika harga komoditas masih turun ke depannya,” kata Rangga.
Dari dalam negeri, ujarnya, rupiah melemah tipis pada penutupan Jumat sore setelah sempat menguat.
“Sentimen positif dari dalam negeri terutama dari sisi pertumbuhan terus tergerus oleh prospek buruk harga komoditas yang semakin intensif,” kata Rangga.
Gejolak pasar saham Tiongkok juga masih tersisa untuk mendorong pelemahan mata uang global.
“Ekspektasi inflasi diperkirakan terus turun, potensi pemangkasan BBM kembali terbuka,” kata Rangga.