Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah terdepresiasi tajam bersama mayoritas kurs Asia pada Senin (4/1/2016), tertekan oleh gejolak di pasar finansial.
Rupiah ditutup melemah 113 poin atau 0,82% ke Rp13.943 per dolar AS setelah bergerak antara level Rp13.825—Rp13.959 per dolar AS.
Pergerakan valas di pasar spot hari ini terpengaruh oleh sentimen negatif dari China dan Timur Tengah yang membuat pasar finansial bergejolak.
Ketegangan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran meningkatkan suhu geopolitik di Timur Tengah membawa kecemasan ke pasar saham global.
Tekanan semakin berat setelah indeks manufaktur China tersurvei berada di level 48,2 pada Desember. Kinerja pabrik di Negeri Tiongkok kini telah memburuk selama 15 bulan berturut-turut.
Volatilitas di pasar global mendorong modal keluar dari pasar negara berkembang ke aset safe haven, termasuk yen. Yen melonjak 1,3% ke 119 yen per dolar pada pukul 16.14 WIB.
Kurs lain di Asia tertekan. Penurunan paling tajam terjadi pada won yang melemah 1,27% ke 1.187,63 per dolar AS dan ringgit yang terdepresiasi 1,24% ke 4,3470 per dolar AS.
Penarikan modal dari Indonesia juga tampak dari kenaikan yield obligasi pemerintah. Imbal hasil SUN bertenor 10 tahun naik 8 basis poin ke 8,754% pada pukul 16.14 WIB.
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pagi tadi ditetapkan di Rp13.898 per dolar AS, merosot 103 poin dari kurs Kamis pekan lalu.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Level (Rp/US$) | Perubahan (%) |
4/1/2016 | 13.943 | -0,82% |
1/1/2015 | 13.830 | -0,30% |
31/12/2015 | 13.788 | -0,00% |
30/12/2015 | 13.788 | -0,66% |
29/12/2015 | 13.698 | -0,37% |
Sumber: Bloomberg