Bisnis.com, JAKARTA—Harga CPO kembali tertekan pada Jumat (18/12/2015) menuju pekan terburuk sejak awal Oktober.
Kontrak berjangka CPO untuk Februari 2016, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, dibuka melemah 0,38% ke harga 2.376 ringgit per ton.
Komoditas tersebut kemudian semakin merosot dan diperdagangkan melemah 0,55% ke harga 2.372 ringgit atau Rp7,70 juta ton pada pukul 10.30 WIB.
Harga CPO di Bursa Malaysia tidak bisa lepas dari tekanan dan telah tergelincir 5% dalam sepekan, penurunan mingguan paling tajam sejak awal Oktober.
Penurunan kinerja ekspor Indonesia dan Malaysia menjadi sentimen utama di tengah kelesuan harga minyak mentah. Sekitar 90% CPO yang diproduksi secara global dihasilkan oleh perkebunan di Indonesia dan Malaysia.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan ekspor CPO Indonesia merosot dari 2,61 juta ton pada Oktober menjadi 2,39 ton pada November.
Data dari Indonesia menambah tekanan pada harga CPO setelah sebelumnya Intertek melaporkan volume ekspor CPO Malaysia turun 36% year on year pada 1–15 Desember 2015.
Kontrak minyak WTI untuk pertama kalinya diperdagangkandi bawah US$35/barel sejak Februari 2008, turun 0,23% ke US$34,87/barel pada pukul 10.38 WIB.
Pergerakan Harga Kontrak CPO Februari 2015
Tanggal | Level | Perubahan |
18/12/2015 (10.30 WIB) | 2.372 | -0,55% |
17/12/2015 | 2.385 | -0,75% |
16/12/2015 | 2.403 | -0,29% |
15/12/2015 | 2.331 | -3,04% |
14/12/2015 | 2.404 | -1,52% |
Sumber: Bloomberg