Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPIAH ATAS DOLAR AS: Sentimen Ini Penggerak Kurs (19 November)

Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi tekanan Fed dalam catatan Oktober yang akan menaikkan suku bunga pada Desember pada rupiah atas dolar Amerika Serikat bisa tertahan data ekonomi AS yang buruk
Rupiah/JIBI-Abdullah Azzam
Rupiah/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi tekanan catatan Fed Oktober yang akan menaikkan suku bunga pada Desember atas laju rupiah terhadap Amerika Serikat bisa tertahan data ekonomi AS yang buruk.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan pasar uang juga menunggu paket kebijakan ekonomi VII, yang diperkirakan kebijakannya menyasar penyesuaian pajak penghasilan.

“Notulensi FOMC meeting tegaskan kenaikan Desember, (tapi) data AS buruk,” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (19/11/2015).

Notulensi FOMC meeting yang dirilis dini hari tadi menegaskan rencana the Fed untuk menaikkan Fed Rate pada rapat pertemuan pejabat bank sentral AS pada 15-16 Desember 2015.

Dalam notulensi terlihat mayoritas anggota the Fed yang menilai situasi perekonomian sudah siap atas kenaikan Fed Rate, walaupun sebagian dari pejabat bank sentral AS menilai kenaikan tersebut haruslah bertahap.

“Menyusul berita tersebut indeks dolar dan imbal hasil US Treasury hanya naik tipis, akibat data pembangunan rumah baru AS yang diumumkan sebelumnya jatuh dalam 11%. Malam nanti ditunggu initial jobless claims  AS yang diperkirakan turun,” kata Rangga.

Dikemukakan sentimen kenaikan Fed Rate meningkat di pasar global sehingga masih menekan mayoritas kurs di Asia hingga Rabu. Rupiah melanjutkan pelemahannya hingga 13.800 kemarin, sejalan dengan IHSG yang melemah tipis.

Dikemukakan rilis notulensi FOMC meeting Kamis dini hari diperkirakan mempertahankan penguatan dolar di pasar keuangan negara berkembang.

Walaupun, ujarnya, ada  data AS yang diumumkan memburuk berpeluang mengurangi kekuatan tekanannya.

“Dengan kemungkinan kenaikan Fed Rate, potensi pelemahan rupiah hingga menjelang FOMC meeting di akhir tahun terbuka lebar. Walaupun ada peluang rupiah lebih kuat menahan gejolak eksternal melihat pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang sudah membaik,” kata Rangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro