Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Janji Jokowi Beli Kembali Saham Indosat, Ooredoo Sebagai Pemilik Siratkan Enggan Menjual

Pemerintah Presiden Jokowi belum menghubungi Ooredoo Group soal pembelian kembali PT Indosat Tbk (ISAT). Perusahaan asal Qatar itu justru memberikan sinyal peningkatan investasi di Indonesia.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, DOHA--Pemerintah Presiden Jokowi belum menghubungi Ooredoo Group soal pembelian kembali PT Indosat Tbk (ISAT). Perusahaan asal Qatar itu justru memberikan sinyal peningkatan investasi di Indonesia.

CEO Ooredoo Group Nasser Marafih menyatakan tidak ada diskusi dengan pemerintah Indonesia mengenai pembelian kembali 65% saham Indosat yang dikuasai Ooredoo sejak 2008.

“Kami tidak berdiskusi dengan pemerintah soal isu ini. Saya rasa yang penting, saya tahu Presiden [Jokowi] datang ke sini, ke Qatar. Dia senang dengan investasi yang masuk,” katanya di Kantor Pusat Oooredoo di Doha, Qatar pada Rabu (28/10/2015).

Nasser menegaskan investasi Ooredoo di Indosat adalah investasi jangka panjang. Perusahaan telekomunikasi yang beroperasi di 13 negara tersebut tidak akan meninggalkan Indonesia hanya dalam jangka waktu 6–7 tahun.

Dia menjelaskan Indonesia justru menjadi tujuan utama belanja modal investasi Ooredoo setiap tahun. Suntikan modal dari Ooredoo dan sebagian pendapatan Indosat dialokasikan untuk membangun infrastruktur jaringan di penjuru Tanah Air. “Itu sebabnya kami berusaha mendapatkan sebanyak mungkin [saham Indosat]. Agar kami punya energi untuk berinvestasi lagi.” kata Nasser.

Pejabat Komisaris Utama di Indosat itu berpendapat langkah yang lebih tepat bagi pemerintah RI adalah berusaha mendatangkan lebih banyak investasi dari Qatar dan sekitarnya.

“Pemerintah harus mencari cara untuk menarik investasi lain ke Indonesia. Qatar banyak sekali berinvestasi di negara lain di Asia, sekarang paling banyak di Malaysia. Namun, saya tahu Qatar sanga tertarik untuk meningkatkan investasi di Indonesia.” kata Nasser.

Indosat berdiri sebagai BUMN yang fokus pada teknologi satelit. Pada 15 Desember 2002 pemerintah Presiden Megawati melepas 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte.

Akusisi oleh Ooredoo, yang ketika itu dikenal sebagai Qatar Telecom, terjadi pada 2008. Kepemilikan saham Indosat saat ini terbagi antara Ooredoo sebesar 65%, pemerintah RI sebesar 14,3%, Skagen AS sebesar 5,42%, dan publik sebesar 15,29%.

Kepemilikan Indosat merupakan salah satu isu yang diangkat Presiden Jokowi dalam kampanye presiden. Jokowi dalam debat calon presiden menyatakan siap membeli kembali Indosat dari asing.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper