Bisnis.com, JAKARTA- Nilai aktiva bersih atau dana kelolaan reksa dana terproteksi sepanjang tahun berjalan ini tumbuh hingga 28,30% atau mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya.
Berdasarkan data Pusat Informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dibandingkan dengan jenis reksa dana lain, dana kelolaan reksa dana pendapatan tetap tumbuh paling pesat hingga 28,30% dari Rp40,27 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp51,67 triliun per 8 Juli 2015. Disusul oleh reksa dana pasar uang yang tumbuh 21,17% dari Rp21,17 triliun menjadi Rp25,73 triliun.
Sementara, untuk reksa dana terbuka jenis reksa dana saham, pendapatan tetap, dan campuran mengalami penurunan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan. Penurunan paling tajam terjadi pada reksa dana campuran yang turun hingga 44,16%. Akhir tahun lalu, NAB reksa dana campuran tercatat Rp32,13 triliun, sedangkan per 8 Juli 2015 tercatat Rp17,94 triliun.
Kemudian, diikuti oleh reksa dana pendapatan tetap yang turun 3,88% dari Rp42,70 triliun menjadi Rp41,04 triliun. Sementara, untuk reksa dana saham tercatat turun 0,8% dari Rp100,53 triliun menjadi Rp99,73 triliun.
Peningkatan dana kelolaan reksa dana terproteksi juga didorong oleh maraknya penerbitan produk reksa dana terproteksi sepanjang tahun berjalan ini. Hingga saat ini, sudah lebih dari 70 produk reksa dana terproteksi yang mendapatkan izin penerbitan efektif.
Vice President Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee mengatakan pasar saham dan obligasi yang sedang berfluktuasi cenderung menekan dana kelolaan reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap. Sementara, suku bunga bank yang cenderung turun juga membuat pergerakan reksa dana pasar uang sedikit melambat.
“Reksa dana terproteksi dan reksa dana penyertaan terbatas bisa dijadikan pilihan investor. Reksa dana tersebut dipakai untuk pembiayaan infrastruktur juga, di mana hal ini cukup baik,” kata Hans kepada Bisnis, Kamis (9/7).
Meski akan terus naik, pertumbuhan dana kelolaan reksa dana terproteksi akan cenderung terbatas. Hal ini lantaran dana pensiun, asuransi, dan institusi cenderung alokasi di awal tahun.
Sementara itu, Analis PT Infovesta Utama Vilia Wati mengatakan peningkatan dana kelolaan reksa dana terproteksi juga didorong oleh banyaknya penerbitan produk baru. Menurutnya, reksa dana terproteksi umumnya memang marak diterbitkan oleh MI sebagian untuk menggantikan produk yang sudah jatuh tempo.