Bisnis.com, JAKARTA- Melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat ikut menyeret kinerja reksa dana denominasi dollar AS. Sepanjang tahun berjalan ini, kinerja produk reksa dana saham dan campuran denominasi dollar AS tercatat negatif.
Berdasarkan data Infovesta Utama, tiga produk reksa dana saham denominasi dollar AS mencatatkan kinerja negatif yang cukup tinggi. Sebut saja Manulife Greater Indonesia Fund yang mencatat return -14,90 dan First State Indoequity Opportunities Fund-USD yang menorehkan return -14,81%. bahkan, kinerja BNP Paribas Astro terperosok lebih dalam hingga -15,07%.
Begitu juga dengan kinerja reksa dana campuran denominasi dollar AS. Empat produk reksa dana yang ada saat ini mencatatkan kinerja negatif sepanjang semester I/2015. Batavia USD Balanced Asia dan Panin Dana US Dollar mencatatkan kinerja -3,97% dan -6,06%. Adapun, kinerja First State Indonesian USD Balanced Plus Fund dan Manulife USD Aggressive Balanced mencatatkan return masing-masing -10,09% dan -10,38%.
Vilia Wati, analis PT Infovesta Utama mengatakan kinerja reksa dana denominasi dollar hingga saat ini secara rata-rata mencetak kinerja yang relatif tertinggal dibandingkan dengan reksa dana denominasi rupiah. Hal ini terutama terlihat pada jenis reksa dana saham dan campuran.
Tertinggalnya kinerja reksa dana dollar AS diakibatkan dampak konversi nilai pasar portfolio reksa dana ke dalam nilai aktiva bersih/unit penyertaan (NAB/UP) dalam dollar. “Akibatnya, dalam kondisi depresiasi rupiah seperti yangg terjadi saat ini, kinerja reksa dana denominasi dollar ikut melemah akibat faktor konversi tadi,” kata Vilia kepada Bisnis, Senin (6/7).
Menurutnya, anjloknya kinerja reksa dana dollar terlihat pada reksa dana saham dan campuran yang mayoritas portofolionya saham domestik. Sementara itu, pada produk reksa dana pendapatan tetap yang portofolionya ditempatkan pada obligasi global denominasi dollar AS, efek konversi dan pelemahan rupiah ini relatif lebih minim.
Data Infovesta menunjukkan, meski hanya mencatatkan return yang berkisar dari 0,06%-2,22%, dari 18 produk reksa dana pendapatan tetap denominasi dollar, hanya satu produk yang mencatatkan kinerja negatif per Juni 2015. Produk tersebut, yakni CIMB Principal Dollar Bond yang mencatatkan kinerja -1,87%.
Vilia menilai, bila depresiasi rupiah masih berlanjut, reksa dana pendapatan tetap yang memiliki portofolio mayoritas ditempatkan pada obligasi berbasis dollar AS diperkirakan lebih baik. Hingga akhir tahun, Infovesta memprediksi potensi berlanjutnya pelemahan rupiah masih ada.
Oleh sebab itu, bagi investor yang ingin berinvestasi pada reksa dana denominasi dollar AS, reksa dana pendapatan tetap yangg asetnya mayoritas berdenominasi sama bisa menjadi pilihan
Sementara, untuk yang sudah masuk ke reksa dana saham denominasi dollar sebaiknya memikirkan kembali investasinya. “Namun, tergantung beberapa faktor. Seperti kebutuhan dana dan jangka waktu investasinya seperti apa dan juga denominasi dana yang diinginkan,” tambahnya.
Sebagai contoh, untuk investor yang berencana mencairkan reksa dana saham denominasi dollar dan mengkonversikan ke rupiah, akan lebih menguntungkan untuk mencairkan reksa dana tersebut pada kondisi saham menguat. “Selain itu, juga pada posisi rupiah melemah pada saat pencairan dibandingkan dengan pada saat subscription.”