Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi tekanan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (9/6/2015) masih kencang.
“Tekanan di pasar SUN diperkirakan masih berlanjut dengan masih naiknya yield obligasi Jerman, sehingga rupiah berpeluang kembali tertekan hari ini. BI lihat puncak pelemahan pada akhir Juni,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (9/6/2015).
Rangga mengemukakan kombinasi antara membaiknya ekonomi Zona Euro serta baiknya angka ekonomi AS, berhasil menciptakan kekhawatiran terhadap likuiditas global.
Rupiah kemarin melemah tajam bersama mata uang lain di Asia, mengikuti aksi jual di pasar saham dan obligasi.
Yield SUN10 tahun naik tajam hingga 8,76%. Begitu juga selisih dengan US Treasury10 tahun yang naik hingga 638 bps.
Dikemukakan Jerman dan Yunani melanjutkan negosiasi mengenai kelanjutkan program bantuan keuangan.
Akan tetapi, ujarnya, euro menguat tajam terutama dipicu oleh membaiknya angka industrial production Jerman.
“Dollar index turun tajam dini hari tadi. Neraca perdagangan China yang membaik di perdagangan Asia pada Senin pagi, gagal menghalangi kuatnya dolar yang terutama dipicu aksi jual di pasar saham dan obligasi,” kata Rangga.