Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perebutan Induk BRAU: Nat Rotschild Mundur, Taipan Eka Tjipta Melaju

Pengambilalihan induk usaha PT Berau Coal Energy Tbk. (BRAU) memasuki babak baru. Nathaniel Rotschild memutuskan mundur dan taipan Eka Tjipta Widjaja, pemilik Grup Sinarmas melaju untuk menguasai Asia Resources Minerals Plc.
Grup Sinarmas melaju untuk menguasai Asia Resources Minerals Plc/ilustrasi
Grup Sinarmas melaju untuk menguasai Asia Resources Minerals Plc/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA-- Pengambilalihan induk usaha PT Berau Coal Energy Tbk. (BRAU) memasuki babak baru. Nathaniel Rotschild memutuskan mundur dan taipan Eka Tjipta Widjaja, pemilik Grup Sinarmas melaju untuk menguasai Asia Resources Minerals Plc.

Melalui NR Holdings Limited, Nat Rotschild, akhirnya menyatakan mundur dari persaingan mengambil alih ARMS, induk usaha BRAU, setelah Grup Sinarmas menaikkan tawarannya sebesar 36,58% dari 41 pence per saham menjadi 56 pence per saham. Total nilai tawaran dari Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE), yang dikuasai Sinarmas, mencapai lebih dari US$200 juta.

Melalui keterangan resmi yang dirilis dalam situs ACE dan London Stock Exchange (LSE) pada Senin (8/6/2015), NR Holdings menyatakan tidak akan meneruskan tawaran skema rekapitalisasinya maupun membantu pihak lain yang juga berniat mengakuisisi Asia Resource Minerals (ARMS).

“Kami setuju tidak akan mengakuisisi, baik secara langsung atau tidak langsung, saham atau jenis sekuritas lain atau investasi di ARMS dan atau anggota Grup ARMS, atau mengambil alih kontrol manajeman maupun kebijakan ARMS dalam jangka waktu dua tahun,” ungkap manajemen NR Holdings.

Kendati demikian, perusahaan tersebut tidak mengungkapkan secara spesifik alasan mundurnya mereka.

Pernyataan ini sekaligus mematahkan klaim Rotschild pada 21 April 2015, ketika dia menegaskan komitmennya untuk tetap menjadi penjamin penerbitan saham baru ARMS sebesar US$100 juta meski kongsi antara NR Holdings dengan SUEK Plc. telah pecah. SUEK adalah perusahaan batu bara asal Rusia yang bersedia bermitra dengan NR Holdings untuk rencana aksi korporasi ini.

Saat itu, Rotschild mengklaim skema rekapitalisasinya memiliki prospek jangka panjang yang lebih baik ketimbang tawaran ACE. NR Holdings juga membantah pernyataan ACE beberapa hari sebelumnya mengenai besarnya jumlah dukungan pemegang saham yang sudah dikantongi perusahaan tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2014 ARMS, NR Holdings menggenggam 14,75 juta lembar saham perusahaan yang berbasis di London itu, dengan porsi 6,12%. Sementara, Rotschild menguasai 26,71 juta lembar saham atau 11,09%.

Pemegang saham terbesar ARMS adalah Raiffeisen Bank International AG dengan 57,36 juta saham, yang mencakup sekitar 23,81%. Saham ini adalah saham gadai dari Samin Tan. Adapun Borneo Bumi Energi & Metal Pte Limited memiliki 57,23 juta saham atau 23,75%.

Secara terpisah, dalam pernyataan resmi yang diumumkan pada saat yang sama, ACE mengakui mundurnya NR Holdings dan Rotschild. Perusahaan juga mengungkapkan PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA), anak usaha Sinarmas lainnya, telah bersedia memberikan fasilitas kredit sekitar £135 juta untuk mendanai tawaran rekapitalisasi tersebut.

“Fasilitas ini akan tersedia untuk ditarik dalam jangka waktu setidaknya 12 bulan, atau periode tertentu yang disepakati kedua pihak,” ujar ACE.

Tawaran dari ACE telah mendapat dukungan dari pemegang saham ARMS lainnya, seperti HT Investment Development Ltd. milik Hary Tanoesoedibjo dan Spinnaker Capital Group. Spinnaker adalah perusahaan investasi yang dengan konsentrasi di negara berkembang.

Mundurnya NR Holdings juga hanya berselang sepekan dari pernyataan ARMS yang mengumumkan telah tercapainya kesepakatan prinsip antara ACE dengan mayoritas pemegang obligasi, alias steering committee, PT Berau Coal Energy Tbk. (BRAU). Seperti diketahui, ARMS menguasai hampir 85% saham emiten batu bara itu.

Dalam pernyataannya pada 1 Juni 2015, ARMS mengungkapkan tengah fokus melakukan pembicaraan dengan ACE. “Setelah mengkaji berbagai opsi yang tersedia, perusahaan meyakini tawaran rekapitalisasi dari ACE merupakan jalan terbaik bagi perusahaan saat ini,” tukas manajemen ARMS.

Sejak akhir tahun lalu, ARMS memang sibuk mencari dana untuk disuntikkan kepada BRAU agar perusahaan tersebut dapat membayar obligasi senilai US$450 juta yang akan jatuh tempo Juli 2015. Terbatasnya likuiditas BRAU, yang hanya memiliki kas internal sebesar US$297,37 juta per September 2014, membuat obligasi tersebut terancam default jika perseroan tidak memunyai sumber dana yang pasti.

BRAU juga masih memiliki satu surat utang lain yang besarnya US$500 juta. Obligasi tersebut bakal jatuh tempo Juli 2017.

ARMS mestinya menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk membahas suntikan dana dan skema rekapitalisasi ini pada 14 Mei 2015, tapi kemudian ditunda. Perusahaan itu mendapat waktu perpanjangan hingga 31 Juli untuk menyelenggarakan RUPS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper