Bisnis.com, JAKARTA— Pasar saham dan obligasi rontok pada perdagangan siang ini, di tengah kekhawatiran pasar atas pengetatan moneter yang dilakukan Amerika Serikat dengan menaikkan suku bunga acuannya.
“Investor lari dari pasar saham dan rupiah di tengah ketidakpastian, dan (cenderung memilih) dolar,” kata Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo saat dihubungi hari ini, Selasa (9/6/2015).
Praska mengatakan harga saham obligasi pemerintah AS yang cenderung naik, menciptakan ekspektasi pasar akan terjadinya pengetatan moneter, antara lain dengan kenaikan suku bunga acuan (Fed Rate).
Sinyal tersebut juga didukung dengan rilis data tenaga kerja AS pada Jumat kemarin yang membaik.
Akibatnya menekan pasar saham dan mata uang di negara lain, termasuk Indonesia.
“Pasar saham dan obligasi jatuh. Juga terjadi pelemahan rupiah karena data inflasi yang tinggi untuk YoY dan menyoroti fundamental (ekonomi),” kata Praska.
Seperti diketahui pada perdagangan siang ini, Selasa (9/6/2015), pk. 11:33, indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 2,88% ke 4.870.
Sementara itu, kurs rupiah atas dolat dolar AS setelah anjlok 0,71% pada penutupan perdagangan Senin, siang ini (9/6/2015) memang mampu menguat namun hanya tipis yaitu sebesar 0,04% ke Rp13.380, pada pk. 11:29 WIB.
Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun
Indeks obligasi | Yield | % Pergerakan |
RI (Pk. 09:48 WIB) | 8,725 | +0,16 |
AS (Pk. 10:58 WIB) | 2,371 | -0,53 |
Jerman (8 Juni) | 0,878 | +4,15 |
Sumber: Bloomberg, 2015