Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yield SUN Acuan Diperkirakan Naik Sampai 8,4%-8,5%

Investor asing diperkirakan masih keluar dari pasar obligasi Indonesia dan mendorong imbal hasil merangkak naik hingga ke posisi 8,4%-8,5%.
Yield SUN acuan akan terus naik hingga level 8,4%-8,5%. /
Yield SUN acuan akan terus naik hingga level 8,4%-8,5%. /

Bisnis.com, JAKARTA -- Investor asing diperkirakan masih keluar dari pasar obligasi Indonesia dan mendorong imbal hasil merangkak naik hingga ke posisi 8,4%-8,5%.

Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom PT Samuel Asset Management, mengatakan terkoreksinya pasar obligasi saat ini disebabkan oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah. Menurutnya, bila nilai tukar rupiah melemah, return yang diperoleh investor rendah sehingga investor memberikan tekanan untuk menaikkan return.

“Saya pikir ini bukan seperti yang terjadi di pasar saham. Lebih karena ekspektasi rupiah, ada potensi bunga naik jadi investor bergerak lebih awal. Harapannya agar bisa dikasih imbal hasil yang lebih tinggi,” kata Lana saat dihubungi Bisnis, Selasa (12/5).

Lana memprediksi, yield SUN acuan akan terus naik hingga level 8,4%-8,5%. Bila sudah sampai batas tersebut, maka Bank Indonesia akan masuk ke pasar untuk melakukan pembelian. Langkah tersebut harus dilakukan lantaran bila imbal hasil terus naik, maka kupon harus naik sehingga akan terlalu mahal nantinya.

“Paling tidak sampai posisi itu. BI memiliki pertimbangan sendiri, saat di harga berapa BI akan masuk. Bila BI masuk, yield akan turun kembali,” tambah Lana.

Ke depan, faktor kenaikan suku bunga The Fed juga akn membayangi. Menurutnya, lebih cepat The Fed menaikkan suku bunga, akan lebih baik lantaran ada kepastian. “Setelah The Fed menaikkan suku bunga, mungkin akan ada koreksi dulu, setelah itu akan kembali normal. Diharapkan pertemuan The Fed Juni nanti sudah ada kepastian”

Herdi Ranu Wibowo, analis PT BCA Sekuritas mengatakan tren yield acuan masih berpotensi terus naik hingga ada sentimen positif selanjutnya. Dia memperkirakan, terus naiknya yield saat ini masih disebabkan oleh data ekonomi dalam negeri yang kurang mendukung, yakni data pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspetasi.

“Saya tidak tahu sampai batas berapa, tapi tren jangka pendek investor asing masih keluar. Tren yield masih terus naik. Kami berharap ada sentimen positif di kuartal II,” kata Herdi.

Adapun, sentimen positif di kuartal II ini a.l ekspetasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari kuartal I. Hal ini seiring dengan spending pemerintah dalam merealisasikan proyek-proyek infrastruktur. “Selain itu sebenarnya, kalau yield di atas 8,2%, investor dana pensiun akan beli karena melihat yield cukup menarik untuk mereka,” tambahnya.

Dia menilai, Bank Indonesia juga akan melakukan pembelian bila harga sudah terlelu rendah dan yield terlalu tinggi. “Tapi saya tidah tahu akan masuk di level berapa, tidak bisa prediksi.”

Untuk diketahui, sejak 4 Mei hingga 8 Mei 2015 dana investor asing yang sudah keluar dari pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp2,66 triliun. Pada 4 Mei 2015 kepemilikan investor asing di pasar SBN sebesar 38,68%, sedangkan pada 8 Mei menyusut menjadi 38,42%. Kepemilikan investor asing terus turun sejak 4 Maret 2015 yang saat itu investor asing masih mengantongi 40,02%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper