Bisnis.com, JAKARTA--- Kinerja atau perubahan harga saham emiten yang terafiliasi dengan kelompok Pan Indonesia (Panin) meroket sepanjang 2014 dibandingkan dengan harga pada 2013 serta menyalip kinerja emiten dari 13 konglomerasi keuangan lainnya.
SIMAK: Sosialita Cantik Ini Doyan Foto Tanpa Busana
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) membukukan perubahan harga saham tertinggi menjadi Rp180 per saham pada 31 Desember 2014 atau melonjak 87,5% dibandingkan dengan Rp96 pada 16 Januari 2014.
SIMAK: Ini Berbagai Penyakit Akibat Perceraian
PNBS merupakan bank syariah pertama di Indonesia yang melepas sahamnya ke publik investor di Bursa Efek Indonesia. Pada 2014, PNBS menjadi perusahaan pertama yang menggelar initial public offering (IPO).
Di posisi kedua, induk dari PNBS yaitu PT Bank Panin Tbk (PNBN) membukukan perubahan harga saham menjadi Rp1.165 per saham pada penutupan 30 Desember 2014 atau melonjak 76,52% dibandingkan dengan 660 per saham pada penutupan periode sama 2013.
Di posisi ketiga, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) (BBRI) membukukan harga saham Rp11.650 per saham pada 30 Desember 2014 atau meningkat 60,69% dibandingkan dengan Rp7.250 per saham pada periode sama 2013.
Di periode tersebut, harga saham BBRI tercatat paling mahal dibandingkan dengan harga saham bank pelat merah lain seperti PT Bank Mandiri Tbk (Persero) (BMRI) seharga Rp10.775, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (Persero) (BBNI) Rp6.100 dan PT Bank Tabungan Negara Tbk. (Persero) (BBTN) Rp1.205.
Emiten
Emiten dari kelompok Panin lain yang membukukan perubahan harga saham cukup tinggi adalah PT Panin Financial Tbk (PNLF) sebesar 53,33% menjadi Rp299 per saham pada 2014 dibandingkan dengan Rp195 per saham pada 2013.
BACA: Tips Melakukan Perjalanan Romantis di Berbagai Negara
Berdasarkan kepemilikan sahamnya, PNLF, PNBN dan PNBS terkait secara langsung dan tidak langsung.PNBN merupakan bank yang 46,04% sahamnya dimiliki oleh PNLF, sebuah perusahaan yang pernah memiliki bisnis asuransi jiwa namun kini menggarap jasa konsultasi bisnis, manajemen dan administrasi.
Saham PNLF sendiri dimiliki oleh PT Paninvest Tbk (PNIN), perusahaan yang pernah memiliki bisnis asuransi umum namun sekarang menggarap bisnis pariwisata. Bisnis asuransi umumnya telah dialihkan ke PT Asuransi Umum Panin yang tidak melantai di BEI.
Analis DBS Vickers Securities Christopher Daniel Wijaya menyebut bisnis PNBN lambat namun namun kokok. Pendapatan perusahaan diperkirakan bakal meningkat seiring kontribusi pendapatan berbasis komisi dari perusahaan asuransi jiwa PT Panin Dai-ichi Life.
“PNBN masih konservatif pada tahun ini karena terdapat banyak faktor eksternal dari makroekonomi seperti suku bunga acuan BI, kompetisi di bunga deposito dan skema pinjaman maritim yang di luar kontrol mereka,” tulis Christopher dalam risetnya.
PNBN sendiri, sambungnya, memerkirakan penyaluran pinjaman tumbuh 12%-15% dan net interest margin (NIM) diperkirakan bakal datar. Sementara itu, catatan lain bagi PNBN adalah tidak adanya perkembangan mengenai isu penjualan saham oleh salah satu pemegang saham utama yaitu ANZ .
Penurunan Harga
Sementara itu, kendati tidak semelesat BBRI, saham BMRI dianggap oleh DBS Vickers Securities sebagai salah satu pilihan pada tahun ini. Pada tahun lalu, pilihan utama (top pick) adalah saham BBRI.
Di sisi lain, sejumlah perusahaan yang terkait dengan konglomerasi keuangan lainnya justru mengalami penurunan harga saham pada tahun lalu. Perusahaan itu antara lain terafiliasi dengan kelompok MNC dan BII.
Harga saham PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) tercatat sebesar Rp208 per saham pada 2014 atau turun 32,25% dibandingkan dengan Rp307 per saham pada 2013. Anaknya, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) juga mengalami penurunan harga saham sebesar 12,77%.
Di samping itu, harga saham PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebesar Rp298 per saham atau turun 15% dibandingkan dengan Rp340 per saham. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) juga mengalami penurunan 30%.
Pada tahun lalu, BHIT membeli saham BABP (atau PT Bank ICB Bumiputera Tbk, nama sebelumnya) melalui anak usahanya yaitu PT MNC Kapital Tbk (BCAP). Harga saham BCAP sendiri juga mengalami penurunan sebesar 25,75%