Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUSIA Bangkit, Rubel Berbalik Melonjak 11%, Menguat Sejak 1998

Nilai tukar Rubel menguat 11%, terbesar sejak 1998 dan saham bank terbesar Rusia melonjak 29% di perdagangan London, sejalan dengan aksi pemerintah negara itu menjual dolar AS dan bank sentral mengatakan akan membantu perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang mata uang asing.
 Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar Rubel menguat 11%, terbesar sejak 1998 dan saham bank terbesar Rusia melonjak 29% di perdagangan London, sejalan dengan aksi pemerintah negara itu menjual dolar AS dan bank sentral mengatakan akan membantu perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang mata uang asing.

Mata uang Rubel naik 11% ke level 60,7495 per dolar AS pada pukul 06:13 waktu London, mengakhiri pelemahan tujuh hari sebesar 22%.

"Pihak berwenang melakukan upaya gabungan, memberikan sinyal yang kuat ke pasar bahwa mereka melakukan sesuatu yang diperlukan untuk membendung keterpurukan rubel dan membalikkan keadaan, sehingga rubel menjadi kuat" ujar Bernd Berg, ahli strategi pasar berkembang yang berbasis di London, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (18/12/2014).

Bank of Russia mengatakan kemungkinan bank sentral itu akan menggunakan nilai tukar pada kuartal ketiga dalam menilai aset tertimbang menurut risiko, sehingga pemberi pinjaman tidak perlu menyebutkan nilai aset yang terkena dampak pelemahan rubel dan jatuhnya obligasi.

Saham OAO Sberbank (SBER), pemberi pinjaman terbesar di negara itu, tercatat naik paling tinggi di perdagangan London, sejalan dengan menguatnya obligasi.

Langkah-langkah bank sentral, yang juga mencakup penyediaan pinjaman valuta asing serta melelang kembali pembelian tambahan diambil setelah Departemen Keuangan membeli rubel pada hari ini untuk menahan depresiasi terburuk sejak 1998.

Pasar Rusia terjun bebas kemarin setelah peningkatan suku bunga gagal menopang kepercayaan investor. Nilai rubel kian anjlok setelah pemerintah negara menaikkan tingkat bunga hingga 17% hingga membuat mata uang itu kehilangan nilai hingga 60% selama setahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurbaiti
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper